17 Februari 2011

SIANTAN DAN SEJARAH BERDIRINYA KOTA MUNTOK-BANGKA BELITUNG

Pulau Siantan ternyata punya peranan penting dalam sejarah berdirinya kota Muntok, ibukota kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung. Bahkan konon adalah orang-orang dari Siantan pula yang pertama kali menemukan timah di Muntok, hingga kemudian menyebabkan orang dari berbagai penjuru ramai kemari.

Adalah dua bersaudara yakni Pangeran Anom dan Pangeran Krama Jaya yang berasal dari Palembang yang mulanya menetap di Siantan. Kedua bangsawan itu sengaja pergi dari Palembang karena menolak penobatan pamannya Sri Teruno menjadi Sultan Palembang yang kemudian bergelar Sultan Agung Komarudin Sri Teruno.

Sebelum ke pulau Siantan, kedua pangeran itu sempat pula menetap di Johor, namun karena silang sengketa dengan penguasa Johor mereka memilih meninggalkan negeri itu.

Di pulau Siantan, kedua bangsawan Palembang ini menikah dengan perempuan setempat. Pangeran Krama Jaya menikah dengan seorang perempuan Cina muslim bernama Zamnah versi Carita Bangka atau Yang Mariam berdasarkan Hikayat Siak. Zamnah atau Yang Mariam merupakan anak daripada Wan Abdul Jabar bin Abdul Hayat.

Berkat pengalaman dan kharisma, mereka Pangeram Anom dan Pangeran Krama Jaya menjadi orang yang berpengaruh di Siantan, mereka kemudian mencoba kembali ke Palembang dengan membawa sejumlah pasukan. Pangeran Anom yang sejak semula memang tidak setuju dengan penobatan pamannya sebagai Sultan Palembang menginginkan jabatan yang dulu dipegang ayahandanya itu yang sudah barang tentu ditolak pamannya.

Namun karena Pangeran Anom mendapat dukungan dari orang-orang di pedalaman, ambisinya untuk menjadi Sultan Palembang semakin kuat. Tetapi keinginannya itu tidak hanya menuai konflik dengan pamannya, namun juga dengan Pangeran Krama Jaya yang dulu pernah menetap bersama ia di pulau Siantan. Salah satu sebab selisihnya dengan Pangeran Krama Jaya adalah karena Krama Jaya telah menikah dengan sepupunya atau anak Sultan Agung Komarudin Sri Teruno, janda daripada putra Pangeran Purbaya almarhum. Konflik pun semakin memanas terutama setelah adanya campur tangan Belanda. Pangeran Anom akhirnya mundur dari Palembang hingga ke daerah pedalaman, dan kemudian berlabuh di Jambi.

Setelah Sultan Agung Komarudin Sri Teruno wafat, Pangeran Krama Jaya dinobatkan menjadi Sultan Palembang dengan gelar Sultan Mahmud Badaruddin I. Sultan Mahmud giat melaksanakan pembangunan, beliau membangun banteng, Masjid Agung, dan kanal-kanal. Tak hanya di Palembang ia bahkan juga membangun kota baru yakni kota Mentok atau kota Muntok yang terletak di pulau Bangka.

Mentok didirikan sebagai sebagai penghormatan terhadap istri pertamanya yang berasal dari pulau Siantan. Bahkan istrinya yang bergelar Mas Ayu Ratu itu pulalah yang menetapkan letak kota Mentok yakni di pesisir Barat pulau Bangka, dekat gunung Menumbing.

Seperti disampaikan Djohan Hanafiah dalam seminar sehari tentang Hari Jadi Kota Mentok tahun 2009 silam sebagaimana ditulis oleh Sumardoni 14 Agustus 2009 dalam media Berita Musi, kata Mentok sendiri berasal dari kata “Entok” dari bahasa asli Siantan yang berarti “itu” yang diucapkan Mas Ayu Ratu saat menentukan kota yang akan dibangun Kesultanan Palembang itu. Pilihan terhadap daerah Barat di pulau Bangka ini, selain tanahnya subur, juga lebih dekat dijangkau dari kota Palembang.

Kota Mentok yang mulai di bangun pada bulan September 1734 menjadi bertambah maju terutama setelah sejumlah orang Siantan yakni dari keluarga Mas Ayu Ratu menemukan tambang timah di pesisir kota itu. Berbagai suku bangsa di nusantara maupun Asia pun ramai berdatangan ke Mentok untuk bekerja sebagai penambang timah atau berdagang. Konon keturunan orang-orang Siantan dari keluarga Mas Ayu Ratu di Mentok sampai saat ini masih bertahan. Para lelakinya, yang masih murni keturunan keluarga Mas Ayu Ratu, mendapat gelar panggilan Abang, sedangkan perempuan mendapat gelar Yang.

Namun demikian, tak banyak dari orang di Bangka Barat yang tahu bahwa Siantan yang dimaksud dalam sejarah berdirinya kota Mentok adalah pulau Siantan yang terletak di gugusan Kepulauan Anambas dan berada di wilayah Provinsi Kepulauan Riau-Indonesia. Banyak yang mengira bahwa Siantan yang dimaksud berada dalam wilayah Kesultanan Johor-Malaysia. Hal ini dapat dimaklumi, karena memang pulau Siantan dulunya berada dibawah kekuasaan Johor sampai kelak Traktat London memisahkannya. Bahkan Wan Abdul Hayat yang bernama asli Lim Tau Kian yang semula adalah seorang bangsawan dari Cina, juga adalah orang kepercayaan Sultan Johor yang dipercayakan untuk memerintah di negeri Siantan. Disamping itu perkembangan Siantan yang dulu kerap menjadi tempat pelarian politik bangsawan Bugis, Cina, dan Johor sendiri seperti tenggelam oleh zaman terutama ketika wilayah ini dihilangkan statusnya sebagai pusat kewedanaan Pulau Tujuh dan hanya menjadi sebuah kecamatan yang terisolir dan miskin dibawah rezim Orde Baru.

Kini pulau Siantan sejak pertengahan 2008 telah ditetapkan sebagai ibukota Kabupaten Kepulauan Anambas, dan semoga perkembangannya sejalan dengan nama mashurnya yang sempat tercatat dalam beberapa literatur sejarah Melayu tempo dulu.

19 komentar:

  1. setelah saye bace ne, barulah saye tau kalau siantan ne slalu melahirkan orng2 yang berpengaruh.

    BalasHapus
  2. Ass. Izin Bertanya... yang dimaksud Pangeran Krama Djaya disini.... apakah sama dgn Pangeran Krama Djaya yg menjadi menantu SMB II dan sempat diangkat menjada Pendana Menteri oleh Pemerintah Belanda pasca diasingkannya SMB II ke Ternate... saya melihat ada jarak waktu yg terlalu jauh mungkin ini nama yang sama tp berbeda orang.... mohon konfirmasinya.... wassalam...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wass, maaf mas Panji untuk pertanyaan diatas saya ga bisa memastikannya, perlu referensi/ penjelasan dari mereka yang lebih memahami sejarah. Sekali lagi maaf.

      Hapus
    2. Kemungkinan yang dimaksud adalah Pangeran Jayo Wikramo atau yang kelak dikenal sebagai Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo

      Hapus
    3. pangeran perdana menteri krama jaya abdul azim putra nata diraja II atw muhammad Hanapiah memang menantu Susuhunan Mahmun Badarudin II beliau tertangkap belanda dan diasingkan ke probolinggo pd agustus 1851 M JADI BUKAN SULTAN NAMUN SUSUHUNAN II NAMA KRAMA JAYA SAMA BEDA NAMA BELAKANG BRO..

      Hapus
  3. oo rupe nie og.. sejarah e kota Muntok,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. seharusnya ditulis Jayawikrama bukan Krama jaya mungkin terbalik, atau Raden Lambu, .....Dengan Nyai Mas Senguk ini Muhammad Mansyur mendapatkan 5 (lima) orang putra masing-masing bergelar :
      1. Pangeran Anom Muhammad Alimuddin.
      2. Pangeran Sutawijaya Keratuan.
      3. Raden Buncit atau Pangeran Dipa Kesuma.
      4. Raden Ayu Karian.
      5. Raden Lambu atau Mahmud Badaruddin.
      Sebelum menjadi permaisuri Sultan Muhammad Mansyur, bahwa Nyai Mas Senguk dengan suaminya yang pertama telah pula mendapatkan seorang putri yang bernama Nyai Mas wija dan setelah dewasa dikawinkan dengan Kiai Temenggung Santabaya. sebelum bersuami dengan SULTAN MUHAMMAD MANSYUR, NYIMAS SUNGUK telah bersuamikan KIYAI TUMANGGUNG SANTABAYA dan tidak berputra.
      Yg Menarik Yang Mariam belum dikenal di Siantan karena Gelar Yang itu ada di Mentok dan uniknya Istri Susuhunan Ahmad Najanuddin Adikesumo yakni Yang Mariam bergelar Mas Ayu Ratu berasal dari bangsawan Mentok.sama dengan ZAMNAH atau di Palembang dikenal bermarga Lim.....ingin rase e main kesane....

      Hapus
  4. Mantab, good Job...makasih Info Sejarahnya...

    BalasHapus
  5. MENTOK BERASAL DARI BAHASA SIANTAN ENTOK ALIAS ITU...MEN PADA AWAK BHS PENGANTAR MELAYU MEN--ARTINYA KALAU...KALAU DISATUKAN MEN..ENTOK KALAU ITU DI TANJUNG YG KELIHATAN, ARTINYA DISAAT ZAMNAH INGIN MENCARI MENCARI TEMPAT TINGGAL MAKA DIBERIKANLAH OLEH SLTN M.BADARUDIN TPT BARU YAKNI MENTOK DI TANJUNG YG KELIHATAN ALIAS TANJUNG KALIAN..JADI BUKAN MUNTOK..MUNTOK ITU NAMA ARSIP BELANDA, KITA SDH MERDEKA JGN LAGI PAKAI MUNTOK TAPI MENTOK...

    BalasHapus
  6. Saye putre asli Terempak. Saya nak mintak tolong same penulis, manelah tau ade yang tahu sejarah makam-maka yang terdapt dibelakang rumah Arwah Pak Alang Dahlan Jidan di Tanjung. Karena saye lihat nesan-nesan yang terdapat dimakan tersebut bukan macam nesan orang-orang biasa. Apakah mungkin makam tersebut makam-makam bangsawan Terempa mase dulu?. Wassalam, Raja Ahmad Ismail.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah Makam keturunan Encek Wan Abdul Jabar bin Encek Wan Abdul Hayat ( Lim Thau Khian ) juga makam keluarganya R.Jakfar putranya Susuhunan Ahmad ada hubungan dg Lingga dan perseteruan dengan Sultan Palembang wafat 1804 di Perairan Bangka dekat Bangka Kota

      Hapus
  7. Kepulauan Anambas yang dinobatkan sebagai kepulauan tercantik di Asia. Suatu yang membanggakan. Tapi ada satu hal yang menggelitik perasaan. Sebagai ibu kota Kabupaten, Terempak cukuplah bagus apalagi seandainya pemerintah dapat menata pemukiman penduduk dengan lebih baik, terutama didaerah atas sungai Sugi. Kesembrawutan pemukinan tersebut berdampak pada pembuangan limbah rumah tangga baik itu limbah keseharian maupun limbah MCK yang secara langsung maupun tidak mengotori sungai Sugi, yang dulunya sewaktu saya masih kecil-kecil (sekitar tahun 1959an) menjadi tempat kami mandi-mandi dan berengang sehabis pulang sekolah (saye sekolah di SR 1). Airnya jernih dan bening. Dimuaranya (dekat Pelantar Serkah) masih banyak ikan belanak kuning maupun belanak bontet, mengkerong dan ikan timah-timah. Kalau lagi musim tamban, banyak tamban berkumpul dibawah pelantar serkah. Saya pernah pulang ke Terempak sekitar tahun 2010an, sungai Sugi yang dulunya bersih sudah hitam tak karuan. Hulunya sudah tidak lagi dapat dijadikan tempat mandi-mandi dan berenang, sementaranya dimuaranya tidak adalagi ikan-ikan yang bisa dinikmati untuk dipancing. Tambanpun dah lari entah kemana. Pihak pemerintah hendaknya lebih proaktif untuk kembali membenahi sunai yang hanya satu-satunya mengaliri kota. Wassalam, Raja Ahmad Ismail

    BalasHapus
  8. assalamualaikum... sebelumnya saye ucapkan terime kasih atas informasi yang diberikan,sedikit banyak tau juge tentang asal usul keluarge kami, memang di silsilah yang saye bace ade name Lim Tau Kian di Puncak Silsilah tersebut baru sesudah itu keturunan berikutnya untuk laki-laki bernama Abang dan perempuan bernama Yang,dan dikampung tempat saye tinggal di Daik Lingga bername "Kampung Mentok" ,saat ini gelar abang sudah banyak tersebar. apalagi untuk saya yang sudah keturunan keberapa jg saye blm tau lg, hehe.. yg saye tarik kesimpulan dari artikel diatas berarti nenek moyang saye berasal dari pulau siantan yakni cucu dari Lim Tau Kian alias Wan Abdul Hayat kemudian dinikahkan dengan Pangeran Krama Jaya yang pada saat itu mengungsi dan belum menjadi Sultan Palembang (Koreksi jika saye salah)lalu dia menikah dengan anak Sultan Agung Komarudin Sri Teruno, saye ingin bertanya pada abad keberapa saat itu? dan apakah gelar tersebut pemberian dari Pangeran Krama Jaya setelah beliau menjadi Sultan Palembang atau sebelum menjadi Sultan Palembang? Apekah keluarge abang dan yang ade hubungan dengan keuarge Awang dan Yang di serawak? wahhh banyak sekali yang mau saye tanyekan, klo boleh tau kemane saye bise mencari informasi teersebut, apekah dibangka masih ada tetua yang bisa berkongsi informasi? maaf kalau ada silap kata sebelum dan sesudah saye ucapkan beribu terime kasih. wassalam...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Abang Dika, kalau orang Daik, pasti kenal dengan sesepuh Mentok Daik : Abang Anwar (umur kira2 70), kini tinggal di Pekanbaru.

      Hapus
    2. Abang Dika ..pasti turunan Keluarga Abang Tawi..

      Hapus
    3. Jangan2 Yg di Maksud Awan ini pasti Encek Wan Awang saudaranya Encek Wan Ibrahim, Encek Wan Awang inilah orang tuannya Encek Wan Akub dan Encek Wan Serin...jelas ada hubungannya.....dekat sekali mereka dimakamkan dekat dengan Encek Wan Abdul Jabar di Sudut kaki kiri kanan berdempetan

      Hapus
  9. Ya saya juga ingin tau kalau Abang dan (Da)Yang di Sarawak ada kaitan dengan Siantan.

    BalasHapus
  10. Kalau gelar Abang di Serawak, sudah lebih dulu ada. Dan Awang dan Dayang gelar bangsawan di Brunei, juga lebih dulu ada, pada abad 16/17. Sedangkan Abang dan Yang di Bangka, baru muncul abad 18 kira2 tahun 1730. Gelar itu diberikan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I (Palembang) kepada kerabat isterinya (Zamnah/Mas Ayu Ratu).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gelaran nama ABANG dan YANG di pulau Bangka telahpun wujud semenjak Sultan Mahmud Badaruddi I memberikan wilayah Bangka untuk pengikutnya yg berasal dari Johor dan Siantan dari antara mereka adalah Wan Abdul Jabar bin Wan Abdul Hayat/LIM TAO KIAN, terjadi selepas 1724.....

      Hapus