28 Desember 2011

ILLEGAL FISHING DIBERANTAS, RUMPON DIKEMAS

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas sedang berjuang keras meningkatkan produktivitas Nelayan dikawasan ini. Lewat Dinas Kelautan dan Perikanan setempat, Pemerintah daerah terus bergegas menciptakan program-program strategic yang langsung mengena pada masyarakat nelayan.

Dinas Kelautan dan Perikanan melalui kerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan sejak dua tahun lalu terus mengintensifkan pengawasan di perairan Anambas, hasilnya aktifitas illegal fishing yang sebelumnya menjadi momok nelayan Anambas berangsur berkurang. Aktifitas pengawasan juga melibatkan masyarakat yang dibekali dengan Handy Talki sehingga informasi tentang aktifitas illegal fishing dapat segera diketahui markas Satker atau kapal pengawas.

Disaat yang bersamaan Pemerintah Daerah terus mengintensifkan penyebaran rumpon atau rumah ikan, untuk meningkatkan produksi perikanan sehingga berimplikasi pada pendapatan nelayan tentunya. Menurut Drs. H. Zukhrin M.Si yang telah menggawangi DKP Anambas sejak dua tahun lalu itu pihaknya pada 2010 telah menyebar setidaknya 400 rumpon, pada 2011 kembali disebar 34 rumpon di daerah Telaga Besar dan Telaga Kecil.

Selain rumpon DKP Anambas juga mengintensifkan penggunaan Keramba Jaring Apung (KJA) kepada kelompok nelayan budi daya, selain untuk meningkatkan produktifitas juga untuk menggantikan kebiasaan penggunaan Jaring Tancap, karena KJA jauh rebih ramah lingkungan dan tidak merusak terumbu karang.

Menurut Zukhrin pihaknya pada akhir tahun 2011 ini juga akan segera membagikan pancing ulur sebanyak 996 paket untuk meningkatkan hasil tangkapan khususnya bagi nelayan tradisional. Sementara sejumlah program-program strategic lainnya seperti pembangunan depot minyak khusus Nelayan (SPDN), dan Program Keramba Jaring Air Tawar juga sudah dipersiapkan Zukhrin untuk tahun-tahun mendatang dalam rangka mendukung akselerasi pembangunan di Kepulauan Anambas.

Kabupaten Kepulauan Anambas, merupakan salah satu kabupaten maritime terbesar di Indonesia dan berada di wilayah perbatasan, dengan jumlah lebih dari separuh angkatan kerja bergantung pada sektor kelautan dan perikanan, bila Pemerintah Daerah berhasil mengangkat ekonomi keluarga nelayan, maka tentu akan lebih mudah bagi daerah ini untuk segera mengentaskan kemiskinan yang persentasenya mencapai 20 persen.
Baca Selengkapnya...

25 Desember 2011

KM. BUKIT RAYA, TRANSPORTASI ANDALAN MASYARAKAT ANAMBAS

Walau sudah lebih dari satu dekade KM. Bukit Raya melayari perairan Anambas, dengan kondisi kebersihan dan services kapal yang semakin menyusut, namun Kapal Motor milik PT. Pelni itu masih tetap menjadi transportasi primadona masyarakat di daerah perbatasan khususnya di Kabupaten Kepulauan Anambas.

Kapal Bukit Raya yang berkapasitas 900 tempat tidur namun dapat menampung hingga 1.500 penumpang itu dengan setia terus melayani masyarakat Kabupaten Kepulauan Anambas yang akan berlayar ke Tanjung Pinang maupun ke Natuna. Dengan rute satu kali dua minggu, Bukit Raya siap mengarungi hamparan Laut Cina Selatan hingga ke pulau Bintan, Bangka Belitung, sampai ke Jakarta, dan Kalimantan Barat.

Bukit Raya menjadi pilihan primadona pada musim lebaran maupun liburan sekolah. Di musim-musim utara yang berombak kencang dan terjadi dari bulan Oktober hingga Februari, Bukit Raya merupakan satu-satunya transportasi laut pilihan. Sebab pada musim tersebut ferry cepat yang juga melayani masyarakat Anambas tidak dapat melayari kawasan ini. Belum lagi pesawat penumpang jenis fokker 50 yang singgah di Anambas empat kali seminggu sering tidak dapat terbang karena faktor cuaca.

Bukit Raya tetap menjadi pilihan warga Anambas selain karena dirasa lebih aman, juga karena harga tiketnya yang terjangkau, harga tiket dari Pelabuhan Tarempa ke Pelabuhan Kijang-Bintan misalnya hanya Rp.150.000,- bandingkan dengan harga tiket ferry cepat yang mencapai dua kali lipatnya dan harga tiket pesawat yang mencapai Rp.1.050.000, Bagi masyarakat ekonomi lemah tentu saja berlayar dengan KM. Bukit Raya adalah pilihan pas, walau konsekuensinya penumpang harus berdesak-desakan ketika hendak turun dan naik ke kapal, ditambah lagi konsekuensi supaya pasrah berehat di lorong-lorong kapal apabila tidak kebagian tempat tidur. Bagi mereka yang punya uang lebih, membeli tiket untuk kelas I dan II atau menyewa kamar ABK adalah cara yang terbaik supaya bisa rehat dengan nyaman selama 18 jam diatas kapal untuk pelayaran dari Tarempa ke Kijang. Namun tentu saja jumlah kelas I dan II sangat terbatas, jadi walaupun anda anda adalah seseorang dengan uang yang cukup banyak belum tentu dapat menikmati fasilitas ini.

Bagi masyarakat Anambas yang tinggal di pulau Jemaja dan sekitarnya dituntut kesabaran dan keikhlasan yang extra, sebab di wilayah ini Bukit Raya tidak bisa merapat seperti halnya di Tarempa, sehingga para calon penumpang harus menggunakan perahu bermotor/ pompong untuk bisa mencapai KM. Bukit Raya yang berlabuh di tengah laut.

Kenyataan lain dari Bukit Raya yang menjadi primadona itu adalah karena kapal tersebut kadang-kadang tidak dapat beroperasi karena alasan portstay, disaat justru warga sangat membutuhkannya, misalnya seperti pada bulan puasa atau musim liburan. Kalau sudah begini mobilitas masyarakat dan pergerakan ekonomi tentu akan terganggu.

Beberapa tahun lalu sempat ada kapal sejenis, KM Lauser yang beroperasi atas subsidi dari Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, sehingga frekuensi kapal penumpang yang malayari masyarakat tiga kabupaten di Kepri itu (Bintan, Anambas, dan Natuna) menjadi satu kali dalam 1 minggu, sayangnya saat ini subsidi itu sudah dihentikan. Padahal masyarakat sangat membutuhkannya terutama dimusim Utara seperti sekarang ini.

Mudah-mudahan kedepan para pemangku kebijakan publik dinegeri ini dapat lebih memikirkan transportasi alternatif di daerah perbatasan seperti di Anambas ini. Semoga....
Baca Selengkapnya...

16 September 2011

TRADISI MALAM RAYA DI ANAMBAS

Setiap daerah pasti mempunyai tradisi khas bagaimana merayakan malam lebaran, demikian juga halnya dengan masyarakat di Kabupaten Kepulauan Anambas khususnya di Tarempa, walau agak terlambat pada postingan kali ini saya mau berbagi cerita tentang tradisi malam raya di Anambas. Tapi sebelum bercerita lebih jauh izinkan saya mengucapkan Taqobalallaahu Minnaa Wa Minkum, Shiyamana Wa Shiyamakum, Ja’alanallaahu Minal ‘Aidin Wal Faizin, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H, mohon maaf lahir dan bathin.

Hampir sama dengan masyarakat di daerah-daerah lainnya di Indonesia, pada malam raya baik hari raya Idul Fitri maupun Idul Adha, masyarakat di Kepulauan Anambas disibukkan dengan berbagai persiapan memasak buat keperluan esok, guna menjamu sanak saudara dan tetangga serta kerabat yang datang bersilaturrahmi. Hidangan khas adalah ketupat yang lazim ditemani opor ayam atau bumbu sarundeng, ada juga lakse, sate, dan sebagian keluarga memasak nasi samin atau nasi minyak.

Pada malam itu biasanya anak-anak perempuan yang sudah besar mulai mengganti gordyn rumah, dan menyusun kue kedalam toples, atau sekadar membersihkan rumah. Sedang takbir mulai dari sehabis maghrib sudah bersahut-sahut berkumandang di Masjid dan Surau.

Hampir sama dengan daerah-daerah lain, di Anambas pada malam raya juga dilaksanakan takbir keliling, uniknya takbir keliling yang diikuti tiap Rukun Tetangga (RT) atau kampung di sekitar kota Tarempa itu diperlombakan. Mulai dari kerapihan peserta dalam berbaris, maskot dan hias-hiasan yang dibawa berkeliling kota, sampai lantunan takbir tiap group peserta. Tradisi ini sudah sejak lama dilakoni dan diikuti warga dengan antusias walau hadiah yang diperebutkan tak seberapa, tapi bukan itu intinya melainkan syi'ar Islam yang dikedepankan. Jadi jangan heran kalau pada malam raya peserta lomba takbir keliling banyak yang berpakaian seragam necis, berbaju kurung lengkap atau menenteng lampion dengan kompaknya, tua muda, kaya raya bersama-sama bersemangat mengikuti lomba.

Selain lomba takbir, ada juga lomba gapura. Nah, kalau di Jawa gapura kerap diperlombakan tingkat RT atau RW saat HUT RI, di Anambas gapura diperlombakan ketika idul fitri dan idul adha, tepatnya dimalam raya, disaat keindahan gapura buah kreatifitas anak-anak muda terlihat terang bermandikan cahaya lampu. Ups..bukan hanya sekadar terang dan megahnya gapura yang menjadi penilaian, tapi jika ingin menang gapura juga harus dapat menonjolkan kekhasan budaya Melayu nya.

Tiga hari setelah lebaran, biasanya (walau tidak tiap tahun) di kota Tarempa juga diadakan bazar yang di organisir oleh para Pemuda. Disini berbagai pertunjukkan seni dan jajanan dipersembahkan bagi para pengunjung. Ada juga lelang ayam bakar, yang hasil pelelangannya nanti digunakan untuk keperluan organisasi para pemuda.

Demikian kiranya tradisi malam raya di Anambas, bagaimana dengan di daerah anda...?
Baca Selengkapnya...

19 Juni 2011

BERKUNJUNG KE ANAMBAS ?

Kepulauan Anambas dikenal sebagai daerah dengan pantai-pantainya yang eksotik dan pulau-pulau kecil nan indah yang masih perawan. Namun pertanyaan yang kerap dilontarkan ke saya melalui blog ini ataupun lewat email pribadi adalah bagaimana mengunjungi gugusan kepulauan di laut China Selatan ini, apa saja objek wisata yang patut dikunjungi, serta bagaimana dengan akomodasinya. Lewat postingan kali ini akan saya coba mengulasnya secara singkat namun padat.

Jika posisi anda sekarang berada di Jakarta, anda bisa mencapai Anambas lewat beberapa alternatif. Anda bisa terlebih dahulu mengambil penerbangan ke Batam, dan dari Batam silakan mengambil hanya flight yang disedikan Sky Aviation tujuan Matak (Anambas). Penerbangan setiap hari Senin, Rabu, Jum'at dan Sabtu sekitar pukul 11.00 wib. Harganya tiketnya flat tarif sekitar 1 juta Rupiah. Dari Matak anda akan dijemput oleh minibus, kemudian naik ferry lebih kurang 30 menit ke Tarempa (Ibukota Kabupaten Kepulauan Anambas. Alternatif lain anda bisa ambil flight Jakarta-Tanjung Pinang(ibukota Provinsi Kepri), kemudian dari Tanjung Pinang anda naik ferry VOC Batavia tujuan Tarempa (Anambas), lama perjalanan kurang lebih delapan jam, dan berlayar ke Anambas setiap hari Senin dan Jum'at, dengan harga tiket sekitar Rp.300.000. Pilihan lainnya dari Tanjung Pinang (lewat pelabuhan Kijang) silakan naik KM.Bukit Raya (kapal Pelni berkapasitas 900 penumpang) tujuan Tarempa. Lama perjalanan kurang lebih 17 jam dengan harga tiket sekitar Rp.150.000,dan berlayar ke Anambas pada hari Sabtu setiap dua minggu sekali.

Mengenai objek wisata, jika anda menginginkan tema berwisata yang serba langkap dan ramai seperti di Bali atau Phuket, Anambas bukanlah tempat yang pas, tapi jika anda mengidamkan pantai-pantai putih bersih yang masih asri, atau keheningan yang menyejukkan hati serta kicau burung dan gemericik air terjun dengan bebatuan yang menantang, maka berkunjunglah ke Anambas.

Disini ada beberapa tempat menarik yang wajib anda kunjungi, diantaranya adalah pulau Durai, pulau yang hanya dihuni satu keluarga itu menawarkan alam yang menawan, di pulau yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi penyu itu anda bisa mengintip penyu-penyu bertelur, atau ikut melepaskan tukit (anak-anak penyu) ke habitatnya. Selain pulau Durai ada juga pulau Penjalin dan pulau Temawan yang pasir pantainya bersih putih seperti tepung. Jika anda petualang yang cukup berani, berkemah di kedua lokasi itu adalah tawaran yang pas.

Tak jauh dari pusat kota di Tarempa, anda bisa mengunjungi air terjun Temburun yang bertingkat tujuh, suasana hutan sekitar yang masih perawan akan menambah ketakjuban anda pada alam Anambas. Tempat lain yang juga tak boleh di lewatkan adalah pulau Bawah. Pulau tak berpenghuni itu, menawarkan alam bawah laut yang memikat, anda bisa diving dan snorkeling sepuasnya. Jika menginginkan hamparan pantai panjang yang seolah tak habis sepanjang mata memandang, anda bisa mengunjungi pantai Padang Malang, di pulau Jemaja.

Capek bekeliling pulau, rehatkan saja diri anda didalam kota. Sewa motor atau ojek dan silakan meluncur ke Arung Hijau kira-kira hanya 20 menit dari Tarempa, nikmati hamparan laut China Selatan sambil menyeruput segarnya air kelapa muda, atau makan jajanan mpek-mpek dan bakso khas desa Tiangau. Jika anda ingin berenang di dermaga dengan suasana yang lebih privat jangan datang di hari Sabtu atau Minggu, maka nikmatilah hijau dan bersihnya air laut Arung Hijau tanpa malu ditatap pengunjung lain. Didalam kota kunjungi juga Masjid Jami'Baiturrahim dan Kelenteng/ Vihara Gunung Dewa Siantan, bangunan bersejarah yang menyejukkan dan membuat kita ingat bersyukur, dengan panorama laut yang indah.

Mau merasakan kuliner lokal, hmmm...tak usah risau kunjungi kedai kopi Mak Alang, tepat didepan pasar ikan Tarempa, sajian khasnya adalah Lakse yang terbuat dari sagu yang dibentuk seperti mie instan dan dimakan bersama kuah kental dari ikan dan rempah-rempah khas. Sila santap bersama cekong, minuman khas dari kacang tanah. Kunjungi juga Loka untuk memenyantap mie goreng khas Tarempa, pesan mie goreng basah dengan cabe jeruk, hmm..rasakan kekhasannya. Kalau mau sajian yang lebih komplit boleh mampir di RM.Siantanur, atau kafe Laluna.

Seperti saya tulis diatas, di Anambas meski objek wisatanya indah, tapi hingga kini belum ada paket tur di kawasan ini. Jadi jika anda ingin berkunjung ke Anambas saya rekomendasikan untuk datang bekelompok 4-5 orang, karena akan memudahkan anda serta membuat biaya lebih irit karena anda harus menyewa spead boat secara privat. Untuk mendapatkan informasi mengenai hotel, rental spead boat, atau motor, tak perlu risau. Tarempa kotanya kecil, cukup dengan dengan berjalan kaki dan cari kedai kopi terdekat, macam ragam informasi bisa diperoleh disana, atau tanyakan saja pada resepsion hotel atau tukang ojek tak jauh dari pelabuhan laut. Selamat berkunjung, selamat mencoba...
Baca Selengkapnya...

13 Juni 2011

BPPT MULAI GARAP RPJPD ANAMBAS

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) tahun ini memulai penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Untuk menggarap penyusunan dokumen perencanaan tersebut, Bappeda menggandeng tim ahli dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

RPJPD merupakan dokumen perencanaan jangka panjang daerah yang berisikan visi dan misi daerah untuk kurun waktu dua puluh tahun. Penyusunan dokumen RPJPD merupakan amanat dari UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Selain berfungsi sebagai kerangka makro pembangunan daerah, RPJPD sekaligus berfungsi sebagai rel yang menjamin kesinambungan pembangunan antar satu priode Kepala Daerah terpilih, dengan priode setelahnya.

Sebagai tahap awal penyusunan Rancangan awal RPJPD, maka pada Jum'at 10 Juni lalu, Bappeda dengan didampingi tim ahli dari BPPT mulai mengadakan focus group discussion (FGD) yang dihadiri sejumlah pimpinan SKPD dan tokoh masyarakat, selain itu juga dilakukan wawancara informal dengan anggota DPRD, serta survey lapangan. Sedang pada tahap berikutnya akan dilaksanakan konsultasi publik yang direncanakan akan diselenggarakan bulan Juli mendatang, sebelum akhrnya nanti rancangan awal RPJPD tersebut kembali disempurnakan melalui mekanisme Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) RPJPD, untuk selanjutnya ditetapkan dengan sebuah Peraturan Daerah.

Kebetulan untuk penyusunan RPJPD Kabupaten Kepulauan Anambas ini saya dipercayakan sebagai Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), untuk itu kepada rekan-rekan sesama warga Anambas baik yang tinggal di Anambas maupun di tanah rantau, dan juga para pengunjung blog yang ingin sumbang saran dan pemikiran tentang visi misi pembangunan Kab.Kep.Anambas 20 tahun kedepan, secara informal dapat menuliskannya pada blog ini. Segala saran dan masukan yang anda sampaikan akan menjadi referensi berharga bagi kami.

Mari bersama kita ejawantahkan mimpi menjadi espektasi, kita bumikan espektasi kedalam visi misi, untuk Kepulauan Anambas yang madani....
Baca Selengkapnya...

23 Mei 2011

VOC BATAVIA, FERRY CEPAT ANDALAN RAKYAT

Kondisi di Kabupaten Kepulauan Anambas yang kerap mengalami kelangkaan transportasi, kini perlahan mulai membaik. Sejak dua bulan lalu kebutuhan masyarakat akan transportasi ke luar daerah tidak hanya dilayani transportasi udara yang harganya sulit dijangkau warga biasa, tetapi juga ada transportasi alternatif yakni Ferry cepat VOC Batavia.

Ferry cepat VOC Batavia menjadi transportasi pilihan warga, karena harga tiket nya yang relatif terjangkau yakni hanya Rp.305.000,- untuk sekali jalan (one way) dari Tarempa ke Tanjung Pinang, disamping itu jarak tempuhnya juga relatif singkat yakni hanya kurang lebih delapan jam.

Ferry yang pada akhir tahun 2010 lalu sempat dilarang berlayar karena alasan cuaca itu, kini kembali melayani masyarakat Anambas dua kali dalam seminggu, yakni setiap hari Selasa dan Jum'at dengan rute Tanjung-Pinang - Tarempa, sedang dari Tarempa-Tanjung Pinang, setiap hari Rabu dan Sabtu. Selain harganya yang terjangkau pelayanan yang diberikan juga cukup tertib, dan pada musim-musim selain musim Utara, dimana kondisi laut cukup tenang,ferry cepat benar-benar jadi pilihan yang pas untuk rakyat....
Baca Selengkapnya...

16 Mei 2011

CUAL, TENUNAN ASLI KEPULAUAN ANAMBAS

Kabupaten Kepulauan Anambas ternyata tidak hanya memiliki pantai dan alam yang eksotik, tapi juga memiliki karya tenun yang khas dan patut diperhitungkan sebagai salah satu produk unggulan lokal yang sekaligus mencerminkan identitas kekhasan Melayu Anambas dan Kepulauan Riau umumnya.

Adalah kain cual, yang dikenal sebagai tenunan asli Siantan,Kepulauan Anambas. Pertama kali ditenun pada 1863 oleh Hj. Halimah istri daripada H.Abdurrahman di kampung teluk Encau, sekarang masuk wilayah kecamatan Siantan Timur. Alat tenun pertama didatangkan dari Sambas, Kalimantan Barat. Adapun bahan baku kain Cual asli adalah : untuk celupan (warna) berasal dari akar kayu samak, benang kain dibuat dari kapas/katun, bahan benang dibuat dari benang belacu, dan benang Emas yang juga didatangkan dari Sambas.

Kain cual memiliki sedikitnya lima motif yakni motif Bunga Pucuk Rebung, Tudung Saji, Sampan Layar, Bulan Purnama dan Padang Terbakar. Sekarang lima motif tersebut dalam proses pendaftaran paten di Kementerian Kehakiman.

Kain cual Anambas yang sudah berpuluh-puluh tahun dilupakan warganya itu, ini kembali diangkat dan digadang-gadangkan sebagai salah satu kekhasan daerah, dan oleh Pemerintah Daerah direncanakan akan dijadikan sebagai batik khas Anambas yang akan dipergunakan oleh para pegawai pemerintahan dan masyarakat.

Sayangnya motif kain cual yang pertama kali mulai dipamerkan pada pelaksanaan STQ IV Provinsi Kepri di Tarempa 30 April - 5 Mei 2011 itu, pembuatannya justru dilakukan di Palembang dan Jawa sebab di Anambas sendiri tidak memiliki alat tenun maupun mesin pencetak kain tersebut. Mudah-mudahan kedepannya hal ini menjadi perhatian serius dinas terkait Pemda setempat, sehingga kain ataupun motif cual tidak saja sekadar menjadi kabanggan masyarakat tapi juga menopang perekonomian rakyat.Semoga....
Baca Selengkapnya...

18 Februari 2011

LIMA MALAM DI NEGERI SIAM

Hajat untuk berkunjung ke Thailand sudah ada sejak semasa di universitas dulu, namun karena keterbatasan dana dan waktu niat itu terpaksa diurungkan, dan baru beberapa waktu lalu dapat saya lakoni. Jauhnya perjalanan yang harus ditempuh dari Anambas tidak menghalangi saya untuk meneguk keeksotikan negeri yang pernah dipimpin Raja Mongkut itu, karena budget yang amat terbatas maka liburan ala backpacker pun jadi pilihan yang pas.

Lawatan Singkat ke KL, Tq Ncik Saufi

Perjalanan ini saya mulai dengan menyeberang dari Tanjung Pinang ke pelabuhan Situlang Laut-Johor Baharu-Malaysia bersama dua orang kawan (Fajrin Meirsa dan Robby Suryawan), kami memilih naik ferry Marina dengan harga tiket Rp.250.000,- per orang. Waktu tempuh dari Tanjung Pinang ke Johor hanya 2,5 jam. Dari Johor kami langsung menuju ke Larkin Terminal, untuk kemudian naik bis menuju Kuala Lumpur. Harga tiket Johor-KL kurang lebih Rp.90.000,- Setelah menempuh waktu 5 jam kami pun tiba di Terminal Pudu Raya. Usai bersantap sekejap, kami dijemput oleh Ncik Muhd Saufi Hussain, seorang warga negara Malaysia yang ternyata juga gemar travelling.

Di KL setelah sebelumnya menikmati makan malam di sebuah restoran China, oleh Ncik Saufi kami diajak berkeliling melihat-lihat twin tower KLCC, maha karya pemerintahan Mahathir yang amat popular bagi wisatawan dan businessman itu. Namun sayang karena malam hari kami tak dapat masuk ke KLCC tower. Dalam waktu yang relatif singkat Ncik Saufi berusaha keras memuaskan dahaga kami untuk sekadar melihat-lihat dan berfoto dari sudut yang pas untuk memperoleh pemandangan monumental KLCC dan KL tower serta sejumlah bangunan bersejarah lainnya. Penat berkeliling KL, kami kemudian melepas lelah di kediaman Ncik Saufi yang terletak di kawasan Sri Petaling, Kuala Lumpur.

Keesokan harinya sehabis sarapan roti canai khas Melayu, Ncik Saufi kemudian mengantar kami ke Stasiun Sky Train yang akan mengantarkan kami ke Airport untuk kemudian terbang dengan Air Asia menuju Phuket-Thailand.

Eksotiknya Phuket dan Phang Nga

Usai menempuh sekitar 1 jam perjalanan yang menelan cost Rp.880.000 (elok pesan tiket lebih awal supaya dapat harga yang lebih murah), akhirnya kaki ini menginjak tanah Phuket yang memikat. Pantai-pantainya yang eksotik nan panjang membentang telah tampak sejak kami masih di atas pesawat. Dari Air Port kami langsung menuju kawasan Pattong, dan chek in di sebuah hotel tak jauh dari Pattong Beach, Benetty House, harga kurang lebih Rp.200.000,- per orang/ permalam. Usai beristirahat sejenak, dengan kendaraan khas negeri itu yang biasa dipanggil Tuk Tuk kami langsung tancap gas berkeliling kawasan Pattong, sambil menikmati makanan Thai dan berbelanja beberapa barang pribadi. Malam harinya kami jelajahi kawasan Bangla Road. Dijalan yang penuh sesak wisatawan asing itu, pengunjung ditawari bermacam-macam show, mulai dari show art yang konvensional sampai yang agak nakal. Makan malam kami beranikan untuk mencicipi masakan India. Setelah penat menikmati kawasan Bangla Road yang semakin malam semakin ramai, kami putuskan untuk bersantai di sebuah bar kecil tak jauh dari hotel tempat menginap, sebelum akhirnya tertidur pulas.

Keesokannya harinya, pagi-pagi sekali kami langsung menuju Pantai Patong, sekadar jogging sambil melihat-lihat keindahan alam dan berbincang-bincang tentang prospek Anambas menjadi kawasan wisata yang memukau seperti Phuket, sebelum akhirnya bersantap pagi di sebuah Restoran Thai. Tepat jam 10 sebuah mobil van menjemput kami di hotel. Ya, hari ini kami membeli satu paket tour ke Phang Nga, untuk melihat James Bond island yang terkenal itu. Menghabiskan waktu kurang lebih 1,5 jam kami kemudian tiba di Monkey Cave (Suwankuha Temple), puas melihat-lihat dan berfoto dengan latar Sleeping/ reclining Budha, gua yang sejuk dan juga monyet-monyet yang lucu, perjalanan kembali diteruskan ke Koh Panyee, yakni sebuah perkampungan Muslim terapung. Makan siang pun kami nikmati tanpa keraguan di kawasan itu. Dari Koh Panyee, kami digiring menuju sebuah Kapal yang berlabuh di laut, untuk kemudian diajak mengitari gua dengan kano. Pemandangannya sungguh indah, ditambah lagi driver yang walau bahasa Inggrisnya terbata-bata cukup antusias mengajak berbincang terutama setelah tahu bahwa kami bertiga adalah juga Muslim seperti dirinya, yang datang dari Indonesia. Mungkin karena merasa kurang yakin, saya ditantangnya untuk membaca beberapa surat pendek dan mengucapkan dua kalimah syahadat. Tanpa lelah driver yang masih berusia 20an tahun itu pun terus mendayungkan kano untuk kami sambil bercerita tentang keluarganya dan yang pasti tentu keseharian warga Thailand di Phuket, juga tentang gua yang kami kelilingi itu tentunya. Perjalanan tambah asyik sambil menikmati es kelapa muda yang saya beli dari sebuah kios apung di kawasan itu.

Lepas berkano, kami kemudian diajak menuju ke James Bond island. Perjalanan menuju James Bond sungguh luar biasa, tanaman mangrove dan bukit-bukit batu yang jangkung menjulang tampak seakaan berbaris mengawal perjalanan kami. Pulau James Bond ternyata nama aslinya adalah Ko Tapu yang berarti pulau Paku, mungkin karena bentuknya tegak lurus seolah paku yang menancap. Namun lebih dikenal dengan nama James Bond island, ini karena pulau kecil itu pernah digunakan sebagai lokasi syuting film James Bond 007 yang berjudul “The Man with Golden Gun” yang dibintangi oleh Roger Moore pada tahun 1974. Oh ya, harga untuk tour ke James Bond Island berkisar 800-1500 Bath, tergantung kepandaian bernegosiasi dan agen yang kita pilih.

Enjoy Bangkok

Karena sudah langsung chek out, sehabis dari James Bond island, kami bergegas menuju Phang Nga Town, kemudian naik bis malam menuju Bangkok. Sedang harga tiket untuk kelas ekonomi ber AC kurang lebih 400 Bath atau sekitar Rp.120.000,- untuk bis VIP dua tingkat, harga tiketnya dua kali lipat dari harga tersebut. Setelah 10 jam perjalanan, kamipun tiba di Bangkok dan langsung menunju kawasan Khaosan Road, daerah dimana para backpacker dari berbagai negara mangkal. Di Bangkok kami bermalam di Swashdee House, harga kamar permalam untuk bertiga 1150 Bath atau sekitar Rp.345.000,- Lepas bersantap pagi, kami langsung menjejali jalanan kota Bangkok, lagi-lagi dengan tuk-tuk. Berkunjung singkat ke Lucky Budha Temple, melihat-lihat gallery permata dan proses pembuatannya, bertandang ke fashion gallery dan berujung di Chatuchak weekend market. Pasar pedagang kaki lima/ kios yang hanya buka pada hari Sabtu dan Minggu. Konon Chatuchak adalah pasar PKL terbesar di Asia Tenggara. Harga barang di Chatuchak lebih murah jika dibanding dengan harga rata-rata barang sejenis di Jakarta/ Bandung, dan yang membuat kita sungguh nyaman berbelanja adalah areanya yang bersih. Pengunjungnya pun kebanyakan adalah anak-anak muda yang trendy dan turis manca negara.

Di Chatuchak ada satu pengalaman menarik yang saya dan kawan-kawan temui, ketika sedang duduk-duduk melepas penat sambil makan pancake, tepat pukul 18.00 tiba-tiba semua pungunjung berdiri serentak, sambil meletakkan genggaman tangan di dada kiri. Belakangan baru saya tahu bahwa setiap hari pada pukul 8 pagi dan 6 sore, warga Thailand biasa menyanyikan lagu kebangsaan mereka sebagai wujud dari rasa patriotisme.

Hari kedua di Bangkok, kami habiskan dengan menjelajahi pusat kota, dan mampir ke MBK, mall favoritnya orang Indonesia. Ketika hendak menonton film Thai di bioskop, saya lagi-lagi tarkejut, karena sesaat sebelum film dimulai tiba-tiba seluruh pononton berdiri, dan seketika dihadapan kami diputarkan film documenter singkat tentang perjalanan Raja Bhumibol Adulyadej, yakni Raja yang berkuasa di Thailand saat ini, konon hal ini adalah bentuk rasa cinta dan kesetiaan rakyat Thai terwadap rajanya. Pulang dari MBK kami habiskan malam dengan berkeliling di kawasan Khaosan Road, makan malam di disebuah cafe sambil duduk-duduk memandangi ratusan backpacker yang tak henti-hentinya berlalu lalang, mulai dari yang seksi, sampai yang kumel seolah sudah berapa hari tak mandi. Mulai dari yang datang sendiri dengan bag dipunggung, sampai yang menggendong anaknya yang masih Batita, sebagian besar mereka adalah backpacker dari Amerika dan Eropa, dan yang lainnya lagi adalah warga Korea serta negara Asia lainnya.

Hari ketiga di kota yang bernama asli Krung Thep Maha Nakhon itu, kami mulai dengan menandangi Kedutaan Besar Indonesia di Bangkok, kunjungan kami tak lain adalah berkonsultasi tentang persoalan keimigrasian yang kami hadapi, disamping itu juga pastinya untuk memanjakan perut ini dengan tahu tempe dan ayam goreng khas tanah air. Dari Kedutaan kami telusuri kawasan Petchaburi, masuk ke jalan-jalan kecil melihat-lihat the real life of Thai People, sebelum akhirnya berfoto ria di beberapa monument, taman, dan gedung parlemen negara yang secara administratif terbagi kedalam 72 provinsi itu. Malam harinya kami habiskan dengan menontot salah satu art show di pusat kota, kemudian menjawab rasa lapar dengan menikmati sea food tak jauh dari gedung pertunjukkan, kami sempatkan pula untuk merasakan Thai massage yang membuat pikiran plong dan badan segar kembali.

Hari terakhir di Bangkok yang juga hari terakhir penjelajahan kami di negeri gajah putih ini kami habiskan dengan mengambil paket tur ke Ayutthaya yang berarti kota suci, harga paketnya 650-700 Bath, dan lama perjalanan kurang lebih 2 jam. Tempat yang kami kunjungi adalah Bang Pa In Palace, yang merupakan istana musim panas raja Thailand tempo dulu. Kawasan istana sungguh luas, asri dan bangunannya indah. Perjalanan kami teruskan ket Wat Yai Chaimongkhon yang khas dengan patung Budha Tidurnya. Kemudian ke Wat Maha That yang dulunya adalah pusat spiritual di Ayutthaya. Terus ke Wat Lokayasuttharam atau Reclining Budha, yang membedakan adalah disini Budhanya menggunakan bantalan teratai dan ukurannya juga sangat panjang.

Setelah makan siang, perjalanan diteruskan ke Wat Phra Si Sanphet. Meskipun hanya tinggal reruntuhannya saja tapi kemegahan dan keindahannya masih bisa kita lihat dan rasakan. Disini terdapat tempat penyimpanan abu King Boromatrailokana dan kedua anaknya, juga bisa melihat rumah asli raja Ayutthaya, dan pertunjukan gajah.

Usai menyelusuri provinsi Ayutthaya kami langsung menuju Airport Shuvarnabhumi, wow.. airportnya megah dan bersih luar biasa, setelah lolos dari pemeriksaan imigrasi yang amat sangat ketat kamipun terbang ke Singapura. Kami habiskan waktu semalam di sebuah hotel di Jalan Dickson, dekat Jalan Besar, harga hotel disini sangat mahal dibanding di Indonesia atau Thailand, untuk kelas tak berbintang saja bisa mencapai 115$ atau setara Rp.800.000. Keesokan harinya kami langsung menuju ke Port Tanah Merah untuk menyeberang ke Tanjung Pinang. Dan kami pun pulang dengan selamat, dan yang pasti tumpukan pekerjaan sudah menanti....
Baca Selengkapnya...

17 Februari 2011

GOBANG, TARIAN "BUNIAN" DARI JEMAJA

Sama halnya dengan warga daerah lainnya di Kepulauan Riau yang memiliki kesenian khasnya tersendiri, Kecamatan Jemaja juga demikian. Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang letaknya paling jauh itu juga memiliki kesenian khas yang dinamai Gobang.

Gobang adalah tarian yang bertumpukan pada gerakan kepala dan kaki, dengan alunan musik dan nyanyiannya yang khas, yang dilakukan oleh 8-10 pria bertopeng atau menggunakan berbagai macam pakaian seolah makhluk dari dunia lain.

Kesenian gobang konon berasal dari makhluk bunian, yang kemudian dibawa kealam nyata oleh salah seorang anak manusia yang pernah tersesat di hutan. Ada juga yang mengatakan bahwa gobang awalnya adalah kesenian suku laut yang biasa dimainkan kala mereka singgah di pulau Jemaja.

Pertunjukkan gobang biasanya dipertontonkan hanya pada hari-hari tertentu, misalnya ketika acara pesta perkawinan, perayaan hari kemerdekaan, atau pada acara pentas seni dan kebudayaan daerah, baik yang diselenggarakan di kabupaten Kepulauan Anambas, maupun yang diselenggarakan di ibukota Provinsi Kepulauan Riau, yang pasti gobang biasanya selalu dimainkan pada malam hari...huu...seureum...
Baca Selengkapnya...

SIANTAN DAN SEJARAH BERDIRINYA KOTA MUNTOK-BANGKA BELITUNG

Pulau Siantan ternyata punya peranan penting dalam sejarah berdirinya kota Muntok, ibukota kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung. Bahkan konon adalah orang-orang dari Siantan pula yang pertama kali menemukan timah di Muntok, hingga kemudian menyebabkan orang dari berbagai penjuru ramai kemari.

Adalah dua bersaudara yakni Pangeran Anom dan Pangeran Krama Jaya yang berasal dari Palembang yang mulanya menetap di Siantan. Kedua bangsawan itu sengaja pergi dari Palembang karena menolak penobatan pamannya Sri Teruno menjadi Sultan Palembang yang kemudian bergelar Sultan Agung Komarudin Sri Teruno.

Sebelum ke pulau Siantan, kedua pangeran itu sempat pula menetap di Johor, namun karena silang sengketa dengan penguasa Johor mereka memilih meninggalkan negeri itu.

Di pulau Siantan, kedua bangsawan Palembang ini menikah dengan perempuan setempat. Pangeran Krama Jaya menikah dengan seorang perempuan Cina muslim bernama Zamnah versi Carita Bangka atau Yang Mariam berdasarkan Hikayat Siak. Zamnah atau Yang Mariam merupakan anak daripada Wan Abdul Jabar bin Abdul Hayat.

Berkat pengalaman dan kharisma, mereka Pangeram Anom dan Pangeran Krama Jaya menjadi orang yang berpengaruh di Siantan, mereka kemudian mencoba kembali ke Palembang dengan membawa sejumlah pasukan. Pangeran Anom yang sejak semula memang tidak setuju dengan penobatan pamannya sebagai Sultan Palembang menginginkan jabatan yang dulu dipegang ayahandanya itu yang sudah barang tentu ditolak pamannya.

Namun karena Pangeran Anom mendapat dukungan dari orang-orang di pedalaman, ambisinya untuk menjadi Sultan Palembang semakin kuat. Tetapi keinginannya itu tidak hanya menuai konflik dengan pamannya, namun juga dengan Pangeran Krama Jaya yang dulu pernah menetap bersama ia di pulau Siantan. Salah satu sebab selisihnya dengan Pangeran Krama Jaya adalah karena Krama Jaya telah menikah dengan sepupunya atau anak Sultan Agung Komarudin Sri Teruno, janda daripada putra Pangeran Purbaya almarhum. Konflik pun semakin memanas terutama setelah adanya campur tangan Belanda. Pangeran Anom akhirnya mundur dari Palembang hingga ke daerah pedalaman, dan kemudian berlabuh di Jambi.

Setelah Sultan Agung Komarudin Sri Teruno wafat, Pangeran Krama Jaya dinobatkan menjadi Sultan Palembang dengan gelar Sultan Mahmud Badaruddin I. Sultan Mahmud giat melaksanakan pembangunan, beliau membangun banteng, Masjid Agung, dan kanal-kanal. Tak hanya di Palembang ia bahkan juga membangun kota baru yakni kota Mentok atau kota Muntok yang terletak di pulau Bangka.

Mentok didirikan sebagai sebagai penghormatan terhadap istri pertamanya yang berasal dari pulau Siantan. Bahkan istrinya yang bergelar Mas Ayu Ratu itu pulalah yang menetapkan letak kota Mentok yakni di pesisir Barat pulau Bangka, dekat gunung Menumbing.

Seperti disampaikan Djohan Hanafiah dalam seminar sehari tentang Hari Jadi Kota Mentok tahun 2009 silam sebagaimana ditulis oleh Sumardoni 14 Agustus 2009 dalam media Berita Musi, kata Mentok sendiri berasal dari kata “Entok” dari bahasa asli Siantan yang berarti “itu” yang diucapkan Mas Ayu Ratu saat menentukan kota yang akan dibangun Kesultanan Palembang itu. Pilihan terhadap daerah Barat di pulau Bangka ini, selain tanahnya subur, juga lebih dekat dijangkau dari kota Palembang.

Kota Mentok yang mulai di bangun pada bulan September 1734 menjadi bertambah maju terutama setelah sejumlah orang Siantan yakni dari keluarga Mas Ayu Ratu menemukan tambang timah di pesisir kota itu. Berbagai suku bangsa di nusantara maupun Asia pun ramai berdatangan ke Mentok untuk bekerja sebagai penambang timah atau berdagang. Konon keturunan orang-orang Siantan dari keluarga Mas Ayu Ratu di Mentok sampai saat ini masih bertahan. Para lelakinya, yang masih murni keturunan keluarga Mas Ayu Ratu, mendapat gelar panggilan Abang, sedangkan perempuan mendapat gelar Yang.

Namun demikian, tak banyak dari orang di Bangka Barat yang tahu bahwa Siantan yang dimaksud dalam sejarah berdirinya kota Mentok adalah pulau Siantan yang terletak di gugusan Kepulauan Anambas dan berada di wilayah Provinsi Kepulauan Riau-Indonesia. Banyak yang mengira bahwa Siantan yang dimaksud berada dalam wilayah Kesultanan Johor-Malaysia. Hal ini dapat dimaklumi, karena memang pulau Siantan dulunya berada dibawah kekuasaan Johor sampai kelak Traktat London memisahkannya. Bahkan Wan Abdul Hayat yang bernama asli Lim Tau Kian yang semula adalah seorang bangsawan dari Cina, juga adalah orang kepercayaan Sultan Johor yang dipercayakan untuk memerintah di negeri Siantan. Disamping itu perkembangan Siantan yang dulu kerap menjadi tempat pelarian politik bangsawan Bugis, Cina, dan Johor sendiri seperti tenggelam oleh zaman terutama ketika wilayah ini dihilangkan statusnya sebagai pusat kewedanaan Pulau Tujuh dan hanya menjadi sebuah kecamatan yang terisolir dan miskin dibawah rezim Orde Baru.

Kini pulau Siantan sejak pertengahan 2008 telah ditetapkan sebagai ibukota Kabupaten Kepulauan Anambas, dan semoga perkembangannya sejalan dengan nama mashurnya yang sempat tercatat dalam beberapa literatur sejarah Melayu tempo dulu.
Baca Selengkapnya...

14 Februari 2011

NBA BERHENTI BEROPERASI

Pesawat Cassa berkapasitas 22 shet milik Nusantara Buana Air (NBA) yang melayani penerbangan ke Anambas berhenti beroperasi. NBA merupakan pesawat yang dikontrak Pemda Kepulauan Anambas untuk melayani penerbangan dari Tanjung Pinang-Matak-Tanjung Pinang jelang pesawat bersubsidi fokker 50 disediakan untuk melayani penerbangan reguler ke Kabupaten Kepulauan Anambas.

Sebagaimana diinfokan sebelumnya Pemkab Kep. Anambas berencana menjalin kerja sama dengan maskapai swasta dengan sistem subsidi untuk mengatasi kesulitan tranportasi di kabupaten baru pecahan Kab. Natuna ini. Namun karena masih dalam proses negosiasi, Pemda Anambas telebih dahulu mengontrak pesawat cassa berkapasitas 22 shet. Sayangnya setelah lebih kurang 20 hari melayani penerbangan ke Anambas, kini pesawat milik NBA itu berhenti beroperasi. Menurut informasi NBA berhenti karena telah habis kontrak untuk selanjutnya penerbangan ke Anambas akan dilayani pesawat fokker 50 yang menurut rencana akan mulai beroperasi tanggal 23 Februari mendatang.

Namun sayangnya sebelum tanggal tersebut tidak ada pesawat pengganti yang terbang ke Anambas, akibatnya daerah ini kembali kesulitan transportasi. Sedang KM. Bukit Raya milik PELNI hanya melayari Anambas dua kali dalam 15 hari, Ferry Batavia yang sebelumnya juga melayani mobilitas warga Anambas hingga kini belum juga mendapat izin berlayar karena cuaca di laut yang membahayakan keselamatan pelayaran dengan kapal cepat.

Kali ini masyarakat Anambas tentu berharap persoalan transportasi yang telah mendera Anambas sejak lima bulan lalu itu segera teratasi oleh Dinas terkait, sehingga selain untuk menunjang mobilitas masyarakat dalam rangka menggerakkan roda ekonomi, juga berprentensi memudahkan investasi dan manarik kunjungan wisatawan. Semoga...
Baca Selengkapnya...

RIAU AIR, MASKAPAI DENGAN SALAM ISLAM

Mendapat sapaan dengan Kalimat Selamat Pagi, Siang atau malam pasti sudah biasa kita terima kala naik pesawat terbang. Tetapi mendapat sapaan dengan kalimat khas salam Islam "Assalamu'alaikum Wr, Wb" agaknya tak pernah kita terima khususnya saya pribadi bahkan ketika terbang dari negara jiran Malaysia sekalipun, yang notabenenya merupakan negara Islam.

Sapaan khas dengan salam Islam itu akan sering kita dapatkan bilamana anda memilih terbang dengan maskapai Riau Air. Perusahaan penerbangan yang pernah mendapat penghentian izin terbang karena kisruh ditubuh managemennya itu merupakan pesawat milik BUMD yang keseluruhan sahamnya dipegang oleh Pemerintah Daerah Provinsi Riau dan beberapa Pemerintah Kabupaten dan Kota diwilayah itu.

"Assalamu'alaikum" kata seorang pramugari cantik dengan berpakaian sungguh santun walau tak memakai penutup kepala. Salam itu ia sampaikan kepada seluruh penumpang sebelum menyampaikan beberapa keterangan untuk keselamatan penerbangan sebagaimana lazim kita dapatkan sebelum terbang dengan penerbangan sipil manapun didunia ini. Seperti biasa ucapan selamat datang dan keterangan keselamatan selain dalam bahasa Indonesia juga disampaikan dalam bahasa Inggris. Dan tak berapa lama pesawat pun terbang dengan nyaman. Didalam perjalanan jika berniat untuk berwisata di Riau sambil menikmati snack seadannya anda dapat pula membaca informasi tentang pariwisata beberapa daerah di Riau melalui majalah yang disisipkan dibelakang tempat duduk penumpang, ada juga majalah yang khusus memberikan referensi investasi di provinsi yang dipimpin oleh Gubernur Rusli Zainal itu.

Beberapa saat sebelum landing, sang Pramugari cantik yang mengenakan pakaian berwarna biru dengan motif khas Melayu itu kembali menyapa penumpang, dan menutup pesan peringatan dengan salam Islam "Wassalamu'alaikum Wr.Wb".

Kini Riau Air, pesawat kebanggan warga Riau itu yang sudah sembilan tahun melayani penerbangan beberapa rute di Riau, Kepulauan Riau, dan juga Malaysia, serta beberapa daerah lainnya di tanah air itu terus berbenah diri dan meningkatkan performanya, dan semoga salam Islam tetap menyertai Riau Air di udara...
Baca Selengkapnya...

08 Januari 2011

TRINITAS AKAN MELINTAS DI ANAMBAS

Ups...jangan salah interprestasi dulu dengan judul diatas, ini tak ada hubungannya dengan bahasan soal prinsip ketuhanan agama tertentu. Tulisan ini hanya hendak mengabarkan bahwa dalam waktu dekat kelangkaan transportasi udara di Anambas akan segera teratasi seiring mulai beroperasinya Maskapai Trinitas Air di Kabupaten Kepulauan Anambas.

Menurut rencana Trinitas Air yang berkapasitas 22 seat penumpang itu akan mengangkut penumpang dari dan ke Anambas setiap hari (kecuali Minggu) dengan harga tiket Rp.800.000,- Penerbangan dari Tanjung Pinang-Matak setiap hari Senin, Rabu, Jum'at (berangkat pukul 08.00), Matak-Tanjung Pinang setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu(berangkat pukul 09.25). Matak - Batam setiap hari Senin, Rabu dan Jum'at (berangkat pukul 09.25), dan Batam-Matak setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu (berangkat pukul 08.00). Sedang untuk pemesanan tiket dapat menghubungi agen di Tarempa di nomor 081364660003, atau agen Tanjung Pinang 077180884677.

Mudah-mudahan dengan adanya penerbangan rutin dari dan ke Anambas ini problem kelangkaan transportasi di Anambas dapat perlahan terpecahkan, dan yang paling penting beroperasinya maskapai Trinitas Air ini mestinya dapat menunjang kelancaran akivitas perekonomian, investasi, dan koordinasi pemerintahan.
Baca Selengkapnya...

KETUA DPRD SINGGUNG SOAL PENAMAAN JALAN

Jika anda bertandang ke kota Tarempa, ibu kota Kabupaten Kepulauan Anambas, dari kejauhan sebelum kapal merapat di dermaga akan terlihat sebuah jembatan di pesisir kota yang panjangnya kira-kira 1,5 km. Tapi jangan ditanya apa nama jembatan itu. Penduduk tempatan lazim memanggilnya jembatan SP.

SP sebetulnya adalah singkatan dari Semen Panjang, nama itu lahir dari spontanitas anak-anak muda yang sering nongkrong disana, karena tak tau bagaimana memanggil jembatan itu.

Hal ini lah agaknya yang membuat Amat Yani, ketua DPRD Anambas angkat bicara soal penamaan jalan dan tempat-tempat strategis di Anambas. Di Kabupaten baru ini khususnya di kota Tarempa bukan hanya jembatan SP yang tak bernama, tetapi juga pelabuhan laut. Sehingga dipanggil dengan sebutan berdasarkan kepemilikan atau penggunaannya. Misalnya pelabuhan yang bisa di gunakan sebagai tempat sandar KM.Bukit Raya disebut sebagai Pelabuhan Bukit Raya. Sedang yang lainnya disebut sebagai Pelabuhan Pemda, karena kebetulan dulu yang membangunnya adalah Pemda Natuna, tukas Yani ketika berbincang dengan penulis suatu ketika. Hal yang sama pernah juga disinggungnya dalam sambutan ketika mengantar pengesahan Ranperda APBD 2011, dan ketika diwawancarai wartawan Haluan Kepri beberapa waktu lalu.

Benar juga apa yang dikatakan politisi muda dari Partai Bulan Bintang itu. Soal nama memang tampaknya sepele, tapi itu menunjukkan identitas kita dan penghargaan kita terhadap karya pembangunan itu sendiri. Oleh karena itu nama suatu tempat semisal jalan atau pelabuhan kerap dinamai dengan nama pahlawan atau orang-orang berjasa di tempat itu dulunya. Ini selain sebagai bentuk penghargaan terhadap suatu karya juga agar generasi sekarang lebih mengenal asal usul (sejarah) dan tidak lupa dengan jasa para pahlawan atau mereka yang berjasa itu tadi.

Di Anambas ada beberapa nama pahlawan/orang berjasa yang patut direkomendasikan untuk dijadikan nama jalan, jembatan, atau tempat-tempat strategis lainnya. Misalkan nama Ce' Wan Abdul Hayat atau yang bernama asli Lim Tau Kian itu adalah pimpinan pertama di negeri Siantan yang berkuasa pada abad ke XVI. Selain itu ada juga Kari Abdul Malik (Nakhoda Alang) seorang ulama dari Luwu (Sulsel) yang menyebarkan Islam di Siantan dan sekitarnya. Ada juga Opu Tanri Dahing Rilaka, bangsawan Luwu yang merantau ke Siantan, dan kelak anak cucu keturunannya secara turun temurun menjadi Yang Dipertuan Muda Kerajaan Riau. Datuk Dewa Perkasa juga adalah salah satu tokoh yang masyhur tentang peranannya membuka bandar Tarempa. Dalam bidang pendidikan ada pula Haji Muhammad Siantan yang hidup sezaman dengan Syeikh Abdul Malik bin Abdullah Terengganu/Tokku Pulau Manis (1650 M-1149 H/1736 M). Nama lain adalah Abdul Wahab Siantan yang tak lain guru dari pada Raja Ja'far (Yang Dipertuan Muda Riau ke VI). Ada nama Syeikh Abdullah bin Abdul Wahhab Siantan yang pernah mensyarah sebuah karya Syeikh Abdullah bin Muhammad Siantan yang diberi judul Bayanu Syirki li Ilahil Haqqil Maliki. Masih banyak lagi nama lainnya yang tentu saja perlu didiskusikan lebih jauh, sebab beberapa nama kemungkinan debatable tentang peranan dan kedudukannya, tapi yang pasti wacana penamaan jalan dan tempat-tempat strategis di Anambas perlu dikembangkan dan diimplementasikan.
Baca Selengkapnya...

SAATNYA BLOGGING LAGI

Tahun 2010 benar-benar jadi tahun yang sepi dari aktifitas menulis, khususnya di blog pribadi yang tak seberapa ini, namun sudah saya gawangi sejak dua tahun silam. Pasalnya sederhana saja, waktu luang dan koneksi internet yang bagus ngga pernah datang diwaktu bersamaan.

Maklum tahun 2010 adalah tahun pertama saya bekerja secara permanen (bukan paruh waktu). Sebagai anak baru, sudah semestinya saya menunjukkan kinerja yang maksimal. Ini bukan saja soal kompensasi yang Allhamdulillah lebih dari cukup untuk ukuran fresh graduate. Tetapi soal idealisme, ya... idealisme (naif kedengarannya) tapi itulah yang mengantarkan saya mendedikasikan tenaga dan pengetahuan sebagai pelayan publik dikampung halaman tercinta.

Kembali ke soal blogging, Mempertemukan antara mood menulis, waktu dan koneksi internet yang tokcer, ternyata cukup susah dilakoni. Giliran ada ide menulis, waktunya yang tidak memungkinkan karena beban kerjaan yang menumpuk. Pas agak senggang, malah koneksi internet disini yang payah abis.

Tekad Baru di 2011
Di tahun 2011, agaknya koneksi internet di Anambas mulai menunjukkan aura positifnya. Dan yang pasti ngeblog bukan soal mood atau waktu. Tapi konsistensi diri untuk berkreasi dan berbagi informasi.
Baca Selengkapnya...