09 Maret 2009

WISATA KITA: ALAM INDAH, SARANANYA PAYAH

Beberapa waktu yang lalu, The Travel and Tourism Competitiveness Report 2009 merilis laporan terkininya bahwa industri pariwisata Indonesia menempati peringkat ke 81 dunia. Jauh berada dibawah Malaysia yang ada diperingkat ke 32, Thailand ke 39, dan Brunai 69. Sementara Singapura negara kecil di seberang pulau Batam malah masuk dalam deretan top ten dunia.

Paradoks memang, negeri kita yang katanya memiliki alam yang indah, beragam budaya dengan masing-masing ciri khasnya, justru tak terlalu diminati para pelancong. Untung ada Bali, pulau Dewata yang terkenal diseluruh dunia. Saking terkenalnya dulu seorang teman saya dari Amerika pernah mengira bahwa Bali adalah nama negara dan Indonesia adalah part of Bali. Bali memang andalan wisata Indonesia. Januari 2009 lalu ada 173,9 ribu (data BPS) lebih turis asing mengunjungi pulau itu. Tapi apakah cuma Bali andalan pariwisata kita?

Indonesia adalah negeri yang amat indah dengan sejuta pesona wisata. Bagaikan pesona alam surga, tetapi sayang untuk mencapai surganya para pelancong mesti lebih dulu melewati "neraka". Ya...persoalannya adalah infrastruktur yang jauh dari memadai. Jalan-jalan yang berlubang dan kerap becek meski tak sedang musim hujan. Disamping promo yang belum merata, persoalan keamanan juga kerap dipertanyakan calon pelancong.

Di era otonomi daerah, pemerintah daerah setempat punya tanggung jawab untuk membenahi infrastruktur disamping tentunya mengupayakan investasi pihak swasta untuk menjadikan objek-objek wisata lebih memikat dengan berbagai fasilitasnya. Tanpa itu semua saya pikir Visit Indonesia Year hanya akan beringsut bagai siput.

Tahun lalu Pemkab Natuna (masih termasuk Anambas) pernah membuat dan mengedarkan compact disk yang berisi promo wisata di daerah ini. Luar biasa...video berjudul Mutiara di Ujung Utara itu menggunakan tiga bahasa sekaligus (Indonesia, Inggris dan Jepang). Pemkab Natuna juga aktif melakukan promo di berbagai perhelatan misal seperti Jakarta Fair. Langkah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Natuna itu patut diacungi jempol, tapi saya yakin efeknya tak terlalu berarti bagi pariwisata di Natuna-Anambas, kalau tak mau dibilang sia-sia belaka.

Alasannya sederhana, karena infrastruktur di daerah ini jauh dari memadai. Gunung Ranai memang tinggi menjulang begitu juga dengan Batu Sindu sangat menawan. Belum lagi Air Terjun Temburun dan Padang Melang serta pulau-pulau kecil yang tersebar di laut China Selatan benar-benar surga para penyelam. Tapi siapa yang mau kesana?..lihatlah sarana transportasi belum memadai, demikian juga hotel atau wisma yang semestinya tegak beridiri di tepian pantai.

Para pelancong cenderung ingin layanan yang serba instant alias serba cepat. Siapa yang mau repot harus menyewa pompong milik warga dulu baru bisa berwisata ke air terjun. Belum lagi kondisi sekitar yang kurang terawat, misalnya WC yang sudah sekian lama jadi sarang hantu.

Kini dengan dimekarkannya Anambas menjadi kabupaten, pemerintah daerah setempat mesti belajar dari pengalaman diatas, diharapkan Pemkab. Kep. Anambas bergegas membenahi sarana infrastruktur, dan sistem transportasi antar pulau yang memberikan kemudahan pada warga juga pada para pelancong. Promo sebagus apapun akan sia-sia jika tak diimbangi dengan ketersediaan sarana dan fasilitas yang memadai. Semoga.

6 komentar:

  1. Kalau dari Daik jangan lupa terus ke Natuna
    Mari jalan-jalan melihat indah alamnya
    kabar saya baik-baik saja
    masih mikir kegiatan untuk BIBCom selanjutnya

    BalasHapus
  2. Analisanya tajam dan kupasan materinya mantap.
    Indonesia itu sangat luas...dan sangat sulit ngaturnya. Potensi wisata kita merupakan andalan penghasil devisa...mungkin 20 tahun lg.
    Oh ya, jumlah wisatawan asing ke bali tahun kemaren masa cuma 68 ribu? Data dari mana ? Kok dikit amat?
    Ngertiku dah mencapai 7 digit tuh..

    BalasHapus
  3. Saya setuju mas Aswinto, potensi pariwisata kita memang sudah seharusnya menjadi andalan penghasil devisa. Bukankah katanya negara kita Zambrud Khatulistiwa.Tapi kalau 20 tahun lagi kelamaan.

    Maaf ada kesalahan dalam pengutipan data, yang benar adalah 173,9 ribu kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali pada Januari tahun 2009. Data sudah diperbaiki.

    BalasHapus
  4. dimana-mana juga sperti ini bro....
    memprihatinkan memang...
    maka kita-kita nilah yg berbuat....
    "kalau indak bajuluak-indak kan jatuah"
    salam hangat dari Sungai Kuantan.. sauadara ku...
    Link sile lihat di bagian BLog Favorit

    BalasHapus
  5. haha, jangankan mo berwisata bro, nak balek aje harus mikir dulu...MAHAL n PAYAH !!!

    BalasHapus