29 Juni 2009

PILIH SIAPA YA ???

Pemilu Presiden kian dekat, tiga pasang capres dan cawapres sudah unjuk gigi dalam ragam kampanye dan debat. Meski ketiganya menampilkan diferensiasi yang cukup lugas setidaknya diatas kertas. Tetapi untuk menentukan pilihan satu diantarnya bukan hal yang mudah, tentu saja kalau kita berpikir dengan pendekatan yang rasional. Bagi pembaca yang memiliki pemahaman sama dengan saya agaknya uraian berikut, dapat menjadi input kita bersama sebelum berpartisipasi pada 8 Juli mendatang.

MEGA-PRO RAKYAT
Srikandi yang mulai rajin bicara, kalimat itu agaknya tepat disematkan pada Megawati Soekarno Putri. Alhasil banyak pihak yang mulai terkagum-kagum dengan putri sang proklamator itu. Lugas, tegas, berani dan yang pasti kaya raya itu julukan buat pasangan Mega, Prabowo Subianto.

Hemat saya pasangan ini adalah yang paling kongkret dalam menyampaikan janji politik. Selain berani menandatangani sejumlah kontrak politik dari mahasiswa yang menginginkan penghapusan UU BHP, mereka juga berani berjanji untuk meninjau ulang sistem outsourcing yang kerap merisaukan para buruh.

Ekonomi kerakyatan begitu slogan mereka. Mega-Pro berniat melakukan renegosiasi hutang-hutang Indonesia kepada pihak asing. Meninjau ulang kontrak-kontrak perusahaan tambang yang kebanyakan dikelola asing sehingga menyebabkan kekayaan Indonesia diangkut keluar negeri tanpa ampun. Kemiskinan, pengangguran, dan kebobrokan jamak bangsa kita adalah akibat kesalahan sistemik, sehingga harus diubah sistemnya, kata Prabowo. Tak ayal kalau jenderal berbintang tiga itu dijuluki Chaves-nya Indonesia atau Soekarno kecil. Mega-Pro juga pasangan yang paling optimistis (kalau tak mau disebut angin surga), pertumbuhan ekonomi dijanjikan bisa mencapai dua digit bila mereka memimpin bangsa ini.

Tapi janji manis saja tidak cukup, rekam jejak adalah sebuah kebutuhan untuk konsiderasi yang intersubjektif. Ketika tiga tahun memimpin Mega memang berhasil menjaga stabilitas ekonomi makro, tetapi penjualan Indosat kepada asing adalah setitik nila bagi Mega, walau nyatanya hal itu dilakukan akibat tekanan IMF yang direstui MPR. Mega juga enggan melakukan renegosiasi utang, malah gas bumi Indonesia dijual ke China dengan harga yang kelewat murah untuk masa yang kelewat panjang, 30 tahun. Soeharto, musuh nomor wahid rezim Soekarno juga tak berhasil diseret Mega ke meja hijau. Prabowo, meski telah berulang kali menyangkal sulit untuk mengatakan kalau yang bersangkutan tak terlibat penculikan sejumlah aktivis mahasiswa tahun 98.

SBY BERBUDI: LANJUTKAN
Selama memimpin SBY telah menunjukkan sejumlah keberhasilan, ekonomi makro yang relatif stabil justru dicapai ditengah kegocangan sejumlah negara akibat krisis financial global. Nama Indonesia yang mulai kembali berkibar di jagat internasional, program PNPM Mandiri, Kredit Usaha Rakyat, serta demokrasi yang semakin tumbuh subur, dan otonomi daerah yang berkembang. Integrasi Indonesia yang takkan terbayarkan dengan apapun jua, serta kondisi keamanan yang relatif terjaga adalah rangkaian keberhasilan SBY yang sulit disangkal.

Tapi sayangnya SBY terlalu pro asing. Saya tak butuh kamus ekonomi untuk mengatakan pasangan ini pendukung neo liberal. Lihat saja pada pada kontrak-kontrak Migas yang diserahkan ke asing seprti Blok Cepu misalnya walau Pertamina terang-terangan menyatakan bersedia mengelolanya. SBY dalam pernyataannya akhir-akhir ini menegaskan tak mau berpihak pada konglomerat rambut hitam. Dalih SBY adalah berlaku adil pada pengusaha asing ataupun pribumi. Sungguh pemikiran yang pro pasar bebas. Padahal negara paling liberal sekalipun kerap melakukan proteksi pada pengusaha lokal. Malaysia dibawah Mahathir lewat NEP (New Economy Policy)nya bahkan terang-terang bersikap pro pribumi atau Melayu.

Mau bertindak adil bagaimana? Pengusaha asing itu punya modal yang besar sedang pengusaha lokal modalnya terbatas. Kalau pemerintah bersikap adil alias menyerahkannya pada mekanisme pasar, pasti kita akan tergilas, inilah yang kita rasakan sekarang. Contoh paling sederhana lihat saja pada mall-mall di kota besar, berapa banyak counter yang menjual produk asli Indonesia? Para pedagang lokal tidak akan mampu bersaing dengan label-label terkenal dari mulai Levis, Lea, sampai Mc Donald, dan Sturbuck. Tidakkah adil dalam konteks ini sama dengan mengadu Gajah dengan kambing????... Andai saja ada kebijakan yang mewajibkan pengelola mall menyerahkan 40% saja dari counter2nya kepada pedagang lokal atau keberpihakan pemerintah pada pengusaha lokal dalam bentuk lain, saya haqqul yakin gorengan ayam mbok Tarsih ngga kalah dahsyatnya dengan Mc Donald atau Texas Fried Chicken. Sedang Budiono keberpihakannya dalam BLBI pada masa lampau bagi saya sama bahayanya dengan tuduhan menculik mahasiswa. Sedang soal hutang, SBY memang telah melunasi hutang dengan IMF bahkan lebih cepat dari waktu yang dijadwalkan, tetapi hutang kita terutama hutang dalam negeri tetap bertambah dari tahun ketahun, tidakkah ini sama denga gali lobang tutup lobang.

Banyak yang bilang SBY berhasil memberantas korupsi, tapi orang agaknya lupa bahwa KPK yang dipimpin Antasari itu bukan dibawah presiden, ia adalah lembaga negara addhoc yang independen. Justru peryataan SBY beberapa waktu lalu yang menyiratkan bahwa KPK itu super body yang tanpa kontrol memiliki tendensi melemahkan lembaga ini. Sementara bagaimana dengan Kejaksaan, lembaga yang nyatanya dibawah presiden, beberapa hari lalu baru saja kelabakan akibat tidak becus mengurus Joko Tjandra, si terpidana yang berhasil kabur keluar negeri.

Pasangan Pilkada (kata Ali Muchtar Ngabalin) tapi berhasil meraup dukungan se-nusantara (setidaknya berdasarkan hasil survei LSI) itulah yang melekat pada pasangan nomor dua ini. Berwajah tampan dan wibawa, pandai bernyanyi pula, sungguh President look. Tapi please ah…kita tidak sedang memilih idol. Namun apa nyana, pencitraan memang menjadi handalan pasangan ini. Berpolitik santun begitu katanya, walau dibelakang menyerang. Alhasil jutaan orang Indonesia terbius dengan karismanya.

JK-WIN: LEBIH CEPAT LEBIH BAIK
SBY beruntung punya Capres seperti JK (begitu kata Buya Ma’arif), program BLT, dan penyelesaian konflik Aceh serta Ambon dan Poso, konon digagas JK, atau setidak-tidaknya JK berperan dominan. Kebijakan lain yang terus terang saya salut adalah keberhasilan JK mengkonversi Minyak tanah ke gas untuk kebutuhan rumah tangga, implikasinya adalah pengurangan subsidi BBM sehingga anggaran dapat dialokasikan untuk sektor lain yang lebih membutuhkan. JK juga kerap mengkritik para Bankir yang lebih suka menumpuk uang di brankas ketimbang menyalurkannya pada usaha rakyat kecil yang penuh resiko.

Meski bukan berlatar belakang militer, JK tau betul Alutsista kita harus diperhatikan dengan seksama agar pertahanan kita kuat, dan itu harus dicapai dengan meminimalisir ketergantungan pada asing. Industri persenjataan dalam negeri seperi PT. Pindad harus digallakkan tukas JK optimistis. Dan yang paling saya salut adalah keberpihakannya pada pengusaha dan pedagang lokal. JK ikut berkampanye dan merazia tamu serta bawahannya agar menggunakan produk Sepatu merk lokal seperti dari Cibaduyut. Kemandirian, itu adalah kata kuncinnya. Jika pasangan nomor satu kekiri-kirian, pasangan nomor dua jauh ke kakanan, maka JK-Wiranto persis ditengah. Dalam agama tertentu katanya ditengah itu lebih baik.

Tapi JK juga bukan tanpa cacat. Sikapnya yang keras kepala soal UN bagi saya adalah noda hitam buat JK. Dibanyak negeri di dunia UN memang diberlakukan tapi bukan penentu kelulusan, hal inipun sudah beberapa kali dikoreksi para pakar pendidikan di Indonesia, tapi JK tak peduli. Baginya UN adalah cara yang ampuh untuk meningkatkan standar. JK tersenyum kala melihat persentase kelulusan secara nasional cenderung naik setiap tahunnya. Walau dilapangan faktanya berkata lain, mencontek dalam UN, komersialisasi pendidikan, dan membumihanguskan makna pendidikan sebagai Tut Wurihandayani, adalah kelaziman yang jamak di tanah air dewasa ini. Semua orang fokus dengan hasil akhir, dan mereduksi pentingnya proses membangun mental dan kecerdasan siswa. Sedang skandal Lapindo mesti tak jelas betul konon ikut dilindungi oleh JK.

Tak cukup disitu, sikap JK kerap pragmatis kadang secara tak sengaja justru menunjukkan jiwanya yang inkonsisten. Sekali maju sekali mundur, akhirnya maju betulan. Wiranto, mantan Pangab yang katanya pada 1998 pernah mendapat surat sakti mirip Supersemar, namun memilih untuk mendukung reformasi, tetap sulit dihapus dari ingatan banyak orang tentang sejumlah pelanggaran HAM di Timor-Timur, walau yang bersangkutan telah mengklarifikasinya berulang kali.

Ketiga pasang Capres- dan Cawapres punya sisi positif dan negatif, betapapun sulit untuk menentukan pilihan yang rasional, saya berharap kita semua tidak golput. Ikut memilih bukan saja bagian dari pengejewantahan kewajiban sebagai warga negara, tetapi juga berkontribusi ikut menentukan nasib bangsa lima tahun kedepan. Pembangunan yang pro rakyat harus dilanjutkan dengan LEBIH CEPAT dan LEBIH BAIK….

6 komentar:

  1. don't worry broher, i have a choice,...xixixi

    BalasHapus
  2. betul yoo... bingung mau pilih yang mana...

    kayaknya shalat istigasah dulu sebelum milih..

    BalasHapus
  3. memang bingung pilih yang mana, namun saya selalu bersikap tenang karena yakin yang jadi presiden adalah yang terbaik sesuai yang kita harapkan :)

    BalasHapus
  4. kalau gue sih nggak bingung, udah pasti SBY Presidenku...

    BalasHapus
  5. Bongjun, gw suka gaya lo....

    Rizal, moga2 dapat petunjuk dari yang Maha Tahu.

    Azzam, sikap yang bijak mas, tapi tenang bukan berarti fatalis kan..

    Kartika, Bangsa ini terlalu besar untuk digadaikan pada pendukung Neo Lib.

    BalasHapus
  6. Calon Bupati anambas akan datangKamis, 09 Juli, 2009

    bio lah orang meleh yang dok die suke,nantek dok die gok yang ngase saket sorang...

    BalasHapus