Hari ini para siswa SMA ditanah air boleh jadi sedang asyik masygul merayakan kelulusan mereka setelah melewati Ujian Nasional yang menegangkan. Namun tak demikian agaknya dengan siswa-siswa SMA di kabupaten Kepulauan Anambas. Persentase kelulusan siswa SMA dan yang sederajat di kabupaten termuda di provinsi Kepulauan Riau itu hanya 30,06 persen. Bahkan kabarnya angka kelulusan di Madrasah Aliyah Fatahillah Terempa adalah nol persen alias tidak ada yang lulus. Sementara di SMAN 1 Siantan, dari 110 siswa kabarnya hanya 17 orang yang berhasil lulus.
Realitas ini sungguh memprihatinkan, apalagi selama ini persentase kelulusan di Anambas tidak pernah serendah ini. Sebagai sebuah kabupaten baru, Pemkab Kep. Anambas memang sedang berbenah diri untuk memperbaiki sektor pendidikan di daerah tersebut. Menurut rencana tahun ini Pemda setempat akan segera membangun gedung baru untuk SMAN 1 Siantan. Bangunan SMA tertua di kabupaten Kep. Anambas dan salah satu yang terlama di Kepulauan Riau itu selama ini menumpang di lahan milik warga di daerah Tanjung Momong Terempa.
Di Kepulauan Anambas saat ini terdapat 3 buah SMA dan 1 buah Madrasah Aliyah. Kondisi sekolah-sekolah tersebut hampir serupa. Selain memiliki keterbatasan sarana, kuantitas guru yang belum mencukupi juga menjadi persoalan sejak lama. Bahkan guru-guru yang berasal dari luar daerah juga kerap absen dari kewajibannya mengajar. Disamping itu persoalan kenakalan remaja seperti peredaran narkoba dan seks bebas yang semakin merebak akhir-akhir ini juga menjadi persoalan tersendiri yang bukan tak mungkin ikut berkontribusi bagi semakin merosotnya kualitas pendidikan di Anambas.
Persentase Kelulusan di Kepri
Ternyata bukan hanya di Anambas yang punya persoalan terkait rendahnya angka kelulusan siswa SMA sederajat. Di kabupaten Lingga bahkan lebih parah lagi, persentase kelulusan siswa di kabupaten tersebut hanya 17, 88 persen dan merupakan yang terendah di Kepri. Berdasarkan data Diknas Kepri, urutan tingkat persentase kelulusan UN SMA sederajat untuk kabupaten/kota se Kepri, pertama ditempati Kabupaten Bintan sebesar 95,26 persen. Kemudian Natuna 94,68 persen, Batam 91,85 persen, Tanjungpinang 88,38 persen, Karimun 83,64 persen, Anambas 30,06 persen, dan Kabupaten Lingga 17,88 persen. Secara keseluruhan persentase kelulusan ujian nasional (UN) untuk tingkat SMA sederajat se-Provinsi Kepri tahun ini sangat memprihatinkan. Hanya menyentuh angka 80,49 persen dari total peserta UN sebanyak 11.573 siswa, atau diperkirakan 2.000 lebih siswa yang tak lulus. (Batampos, 15 Juni 2009).
Oleh karena itu, rendahnya angka kelulusan di provinsi Kepulauan Riau, khususnya di kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun ini harus menjadi cambuk bagi pihak-pihak terkait untuk lebih cepat lebih baik dalam mengoptimalkan peningkatan sektor pendidikan di wilayah ini.
Akhirnya, pemekaran daerah tentu diharapkan tak hanya memberi impak yang positif pada kemudahan dan ketersediaan pelayanan administrasi pemerintahan, tetapi yang lebih utama adalah implikasinya pada peningkatan kualitas pemenuhan kebutuhan dasar terutama pendidikan. Semoga!
Realitas ini sungguh memprihatinkan, apalagi selama ini persentase kelulusan di Anambas tidak pernah serendah ini. Sebagai sebuah kabupaten baru, Pemkab Kep. Anambas memang sedang berbenah diri untuk memperbaiki sektor pendidikan di daerah tersebut. Menurut rencana tahun ini Pemda setempat akan segera membangun gedung baru untuk SMAN 1 Siantan. Bangunan SMA tertua di kabupaten Kep. Anambas dan salah satu yang terlama di Kepulauan Riau itu selama ini menumpang di lahan milik warga di daerah Tanjung Momong Terempa.
Di Kepulauan Anambas saat ini terdapat 3 buah SMA dan 1 buah Madrasah Aliyah. Kondisi sekolah-sekolah tersebut hampir serupa. Selain memiliki keterbatasan sarana, kuantitas guru yang belum mencukupi juga menjadi persoalan sejak lama. Bahkan guru-guru yang berasal dari luar daerah juga kerap absen dari kewajibannya mengajar. Disamping itu persoalan kenakalan remaja seperti peredaran narkoba dan seks bebas yang semakin merebak akhir-akhir ini juga menjadi persoalan tersendiri yang bukan tak mungkin ikut berkontribusi bagi semakin merosotnya kualitas pendidikan di Anambas.
Persentase Kelulusan di Kepri
Ternyata bukan hanya di Anambas yang punya persoalan terkait rendahnya angka kelulusan siswa SMA sederajat. Di kabupaten Lingga bahkan lebih parah lagi, persentase kelulusan siswa di kabupaten tersebut hanya 17, 88 persen dan merupakan yang terendah di Kepri. Berdasarkan data Diknas Kepri, urutan tingkat persentase kelulusan UN SMA sederajat untuk kabupaten/kota se Kepri, pertama ditempati Kabupaten Bintan sebesar 95,26 persen. Kemudian Natuna 94,68 persen, Batam 91,85 persen, Tanjungpinang 88,38 persen, Karimun 83,64 persen, Anambas 30,06 persen, dan Kabupaten Lingga 17,88 persen. Secara keseluruhan persentase kelulusan ujian nasional (UN) untuk tingkat SMA sederajat se-Provinsi Kepri tahun ini sangat memprihatinkan. Hanya menyentuh angka 80,49 persen dari total peserta UN sebanyak 11.573 siswa, atau diperkirakan 2.000 lebih siswa yang tak lulus. (Batampos, 15 Juni 2009).
Oleh karena itu, rendahnya angka kelulusan di provinsi Kepulauan Riau, khususnya di kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun ini harus menjadi cambuk bagi pihak-pihak terkait untuk lebih cepat lebih baik dalam mengoptimalkan peningkatan sektor pendidikan di wilayah ini.
Akhirnya, pemekaran daerah tentu diharapkan tak hanya memberi impak yang positif pada kemudahan dan ketersediaan pelayanan administrasi pemerintahan, tetapi yang lebih utama adalah implikasinya pada peningkatan kualitas pemenuhan kebutuhan dasar terutama pendidikan. Semoga!
memang prihatin kawan,...
BalasHapussetuju yow memang banyak kerja keras yang harus kita lakukan mengejar ketertinggalan tersebut.
cepat bolek yow,...kiprah awak ditunggu.
Sistim Penerapan UN memang belum bisa diterapkan secara menyeluruh, karena kualitas dan kuantitas tiap daerah pasti berbeda....
BalasHapuskasian siswa....
Dengan adanya UN itulah, perbedaan kuantitas dan kualitas akan disamakan. Itu juga salah satu tujuan pemekaran daerah. Menginginkan segala sektor di daerah tersebut menjadi lebih baik, salah satunya adalah Sektor Pendidikan.
BalasHapusAyoooo...putra-putri daerah...yg sekolah/kuliah di luar. Jangan kuliah hanya sekedar kuliah, lihatlah kondisi daerahmu, masih begitu memprihatinkan...
Kalau bukan kamu2, sapa lagi...
ikut turut prihatin..hasil UN memang lebih menegangkan dibandingkan dengan UN itu sendiri,semoga dalam hal ini Pem.Daerah terkait lebih jeli untuk permasalahan kuantitas pendidik yg lalai,dan pendidik sendiri harus lebih jeli dalam mengapresiasikan mutu belajar anak didiknya kearah yang lebih baik lagi,sehingga UN tidak lagi jadi neraka bagi peserta didik setiap tahunnya,semoga..
BalasHapusBong Jun, Insya Allah Agustus balek bong. Pengen ikut berkiprah walau lingkup yang kecil, spt bong Jun.
BalasHapusRizal, kawan setuju wak, UAN silakan aje, tapi jangan jd sarat mutlak menentukan kelulusan.
Yeni, Kalo bukan kita siapa lagi, setuju banget. Semoga ada kesempatan dan peluang untuk itu.
D Alfarizzi, untung tak ade UN waktu mase saye sekolah, he...he..UN memang tak boleh jadi neraka, walau tak berarti surga juga kan kawan.
bak makan buah simalakama....
BalasHapusconfused.. :rollingeyes:
BalasHapussex bebas, narkoba..? hebat betol kampong ku ye.. Nak kenak tsunami ke.. MasyaAllah..
bangkit anambas.....
BalasHapuswalaupun aqu bukan asli anambas...namun aqu kan tetap berjuang to anambas... karana tu sudah menjadi kampuang halaman bagi qu dan kelurga qu.....tunggu kedatangan qu beberapa tahun lagi.....kita kan bungun anambas,,,,,kearah yang baik dari yabg terbaik.....
Wisata Riau, kayak judul lagunya Rama Aipama..
BalasHapusZuli, jangan sampailah Zul, bs tenggelom Anambas.
Cendra, Keep your spirit bang, ditunggu kedatanganmu.
ketika suatu sistem sudah di terapkan maka mau tidak mau siap tidak siap kita harus menjalani semua itu.
BalasHapusmasalah kebijakan itu di anggap kurang tepat ya mungkin harus di tinjau lagi. tetapi alangkah baiknya kita melihat nya secara menyeluruh apakah sistem tersebut berhasil apa tida dalam sekop nasional.
akan tetapi terlepas dari masalah itu semua, yang jelas sistem pengejaran di anambas harus lebih di perhatikan.
sangat kontradiksi ketika kita berkaca dana pendidikan sudah mencapai 20 % tunjangan guru di naikan tetapi jumlah kelulusan sangat memperhatikan.
siapa yang mau di salahkan ketika nasi sudah menjadi bubur, yang baik saat ini bagaimana membuat bubur itu lebih enak dan bisa di makan
ibu bapak guru kau lilin yang akan menerangi generasi muda anambas kedepan, sekiranya lakukanlah hal yang bisa kau lakukan untuk menciptakan generasi anambas yang berkualitas.
semoga cita-cita kita bersama dapat terwujud aminnnnnnnnnnnnnnn.
Kalau ingin pendidikan lebih maju, terbukalah pada pembaharuan.jangan menutup mata dengan informasi baru. kalau memang SDM dari luar daerah itu ada kenapa tidak diberikan kesempatan, selama mereka mau peduli terhadap pendidikan di Anambas. kegagalan kali ini merupakan cambuk bagi para pendidik di Anambas untuk introspeksi diri, bukan nya mencari kambing hitam. menyalahkan system dan kodisi lingkungan.
BalasHapusKEEP TRY FOR ANAMBAS.....
Macam mana mau pendidikan berhasil kalau anak usia sekolah suka joged
BalasHapus