Setahun dibentuk sebagai daerah otonom, pembangunan di kabupaten Kepulauan Anambas terus menggeliat. Tak hanya infrastruktur fisik tetapi juga upaya untuk membangun public awareness terus digalakkan berbagai kalangan. Salah satunya adalah melalui penerbitan media lokal Anambas Pos.
Media yang digawangi oleh Asril Masbah (Pemimpin Redaksi) pada bulan Agustus ini sudah terbit untuk edisinya yang keempat, dengan jumlah halaman sebanyak 12 halaman. Berita-berita yang di ekspos sejauh ini memang lebih banyak tentang perkembangan di sekitar kabupaten Kepulauan Anambas dan provinsi Kepri umumnya. Sedang wilayah distribusinya selain tersebar di Terempa, Palmatak, dan Jemaja juga telah disitribusikan sampai ke ibukota provinsi Kepri, Tanjung Pinang.
Sekadar ilustrasi selama ini di wilayah Kepulauan Anambas yang berjarak sekitar 200 mil dari ibukota provinsi Kepri, Tanjung Pinang, sulit sekali ditemui media massa baik lokal maupun nasional. Bahkan koran Natuna Pos yang merupakan media kebanggaan masyarakat kabupaten induk Natuna tak sampai menjangkau wilayah ini. Jadi praktis tak ada bacaan informatif yang dapat menemani keseharian warga Anambas, kecuali koran-koran lama dari Singapura dan Batam yang dibeli para pedagang secara kiloan untuk membungkus dagangan mereka.
Keberadaan Anambas Pos tentu memberi warna baru dalam upaya memperluas ketersediaan public sphere di daerah ini yang mana selama ini luput dari perhatian swasta maupun pemerintah. Mudah-mudahan Anambas Pos dapat meningkatkan kualitas dan kuantitasnya, tetap independent dan benar-benar dapat menjadi referensi perubahan masyarakat Anambas sebagaimana melekat pada slogannya.
Baca Selengkapnya...
Sekadar ilustrasi selama ini di wilayah Kepulauan Anambas yang berjarak sekitar 200 mil dari ibukota provinsi Kepri, Tanjung Pinang, sulit sekali ditemui media massa baik lokal maupun nasional. Bahkan koran Natuna Pos yang merupakan media kebanggaan masyarakat kabupaten induk Natuna tak sampai menjangkau wilayah ini. Jadi praktis tak ada bacaan informatif yang dapat menemani keseharian warga Anambas, kecuali koran-koran lama dari Singapura dan Batam yang dibeli para pedagang secara kiloan untuk membungkus dagangan mereka.
Keberadaan Anambas Pos tentu memberi warna baru dalam upaya memperluas ketersediaan public sphere di daerah ini yang mana selama ini luput dari perhatian swasta maupun pemerintah. Mudah-mudahan Anambas Pos dapat meningkatkan kualitas dan kuantitasnya, tetap independent dan benar-benar dapat menjadi referensi perubahan masyarakat Anambas sebagaimana melekat pada slogannya.