28 Desember 2011

ILLEGAL FISHING DIBERANTAS, RUMPON DIKEMAS

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas sedang berjuang keras meningkatkan produktivitas Nelayan dikawasan ini. Lewat Dinas Kelautan dan Perikanan setempat, Pemerintah daerah terus bergegas menciptakan program-program strategic yang langsung mengena pada masyarakat nelayan.

Dinas Kelautan dan Perikanan melalui kerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan sejak dua tahun lalu terus mengintensifkan pengawasan di perairan Anambas, hasilnya aktifitas illegal fishing yang sebelumnya menjadi momok nelayan Anambas berangsur berkurang. Aktifitas pengawasan juga melibatkan masyarakat yang dibekali dengan Handy Talki sehingga informasi tentang aktifitas illegal fishing dapat segera diketahui markas Satker atau kapal pengawas.

Disaat yang bersamaan Pemerintah Daerah terus mengintensifkan penyebaran rumpon atau rumah ikan, untuk meningkatkan produksi perikanan sehingga berimplikasi pada pendapatan nelayan tentunya. Menurut Drs. H. Zukhrin M.Si yang telah menggawangi DKP Anambas sejak dua tahun lalu itu pihaknya pada 2010 telah menyebar setidaknya 400 rumpon, pada 2011 kembali disebar 34 rumpon di daerah Telaga Besar dan Telaga Kecil.

Selain rumpon DKP Anambas juga mengintensifkan penggunaan Keramba Jaring Apung (KJA) kepada kelompok nelayan budi daya, selain untuk meningkatkan produktifitas juga untuk menggantikan kebiasaan penggunaan Jaring Tancap, karena KJA jauh rebih ramah lingkungan dan tidak merusak terumbu karang.

Menurut Zukhrin pihaknya pada akhir tahun 2011 ini juga akan segera membagikan pancing ulur sebanyak 996 paket untuk meningkatkan hasil tangkapan khususnya bagi nelayan tradisional. Sementara sejumlah program-program strategic lainnya seperti pembangunan depot minyak khusus Nelayan (SPDN), dan Program Keramba Jaring Air Tawar juga sudah dipersiapkan Zukhrin untuk tahun-tahun mendatang dalam rangka mendukung akselerasi pembangunan di Kepulauan Anambas.

Kabupaten Kepulauan Anambas, merupakan salah satu kabupaten maritime terbesar di Indonesia dan berada di wilayah perbatasan, dengan jumlah lebih dari separuh angkatan kerja bergantung pada sektor kelautan dan perikanan, bila Pemerintah Daerah berhasil mengangkat ekonomi keluarga nelayan, maka tentu akan lebih mudah bagi daerah ini untuk segera mengentaskan kemiskinan yang persentasenya mencapai 20 persen.
Baca Selengkapnya...

25 Desember 2011

KM. BUKIT RAYA, TRANSPORTASI ANDALAN MASYARAKAT ANAMBAS

Walau sudah lebih dari satu dekade KM. Bukit Raya melayari perairan Anambas, dengan kondisi kebersihan dan services kapal yang semakin menyusut, namun Kapal Motor milik PT. Pelni itu masih tetap menjadi transportasi primadona masyarakat di daerah perbatasan khususnya di Kabupaten Kepulauan Anambas.

Kapal Bukit Raya yang berkapasitas 900 tempat tidur namun dapat menampung hingga 1.500 penumpang itu dengan setia terus melayani masyarakat Kabupaten Kepulauan Anambas yang akan berlayar ke Tanjung Pinang maupun ke Natuna. Dengan rute satu kali dua minggu, Bukit Raya siap mengarungi hamparan Laut Cina Selatan hingga ke pulau Bintan, Bangka Belitung, sampai ke Jakarta, dan Kalimantan Barat.

Bukit Raya menjadi pilihan primadona pada musim lebaran maupun liburan sekolah. Di musim-musim utara yang berombak kencang dan terjadi dari bulan Oktober hingga Februari, Bukit Raya merupakan satu-satunya transportasi laut pilihan. Sebab pada musim tersebut ferry cepat yang juga melayani masyarakat Anambas tidak dapat melayari kawasan ini. Belum lagi pesawat penumpang jenis fokker 50 yang singgah di Anambas empat kali seminggu sering tidak dapat terbang karena faktor cuaca.

Bukit Raya tetap menjadi pilihan warga Anambas selain karena dirasa lebih aman, juga karena harga tiketnya yang terjangkau, harga tiket dari Pelabuhan Tarempa ke Pelabuhan Kijang-Bintan misalnya hanya Rp.150.000,- bandingkan dengan harga tiket ferry cepat yang mencapai dua kali lipatnya dan harga tiket pesawat yang mencapai Rp.1.050.000, Bagi masyarakat ekonomi lemah tentu saja berlayar dengan KM. Bukit Raya adalah pilihan pas, walau konsekuensinya penumpang harus berdesak-desakan ketika hendak turun dan naik ke kapal, ditambah lagi konsekuensi supaya pasrah berehat di lorong-lorong kapal apabila tidak kebagian tempat tidur. Bagi mereka yang punya uang lebih, membeli tiket untuk kelas I dan II atau menyewa kamar ABK adalah cara yang terbaik supaya bisa rehat dengan nyaman selama 18 jam diatas kapal untuk pelayaran dari Tarempa ke Kijang. Namun tentu saja jumlah kelas I dan II sangat terbatas, jadi walaupun anda anda adalah seseorang dengan uang yang cukup banyak belum tentu dapat menikmati fasilitas ini.

Bagi masyarakat Anambas yang tinggal di pulau Jemaja dan sekitarnya dituntut kesabaran dan keikhlasan yang extra, sebab di wilayah ini Bukit Raya tidak bisa merapat seperti halnya di Tarempa, sehingga para calon penumpang harus menggunakan perahu bermotor/ pompong untuk bisa mencapai KM. Bukit Raya yang berlabuh di tengah laut.

Kenyataan lain dari Bukit Raya yang menjadi primadona itu adalah karena kapal tersebut kadang-kadang tidak dapat beroperasi karena alasan portstay, disaat justru warga sangat membutuhkannya, misalnya seperti pada bulan puasa atau musim liburan. Kalau sudah begini mobilitas masyarakat dan pergerakan ekonomi tentu akan terganggu.

Beberapa tahun lalu sempat ada kapal sejenis, KM Lauser yang beroperasi atas subsidi dari Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, sehingga frekuensi kapal penumpang yang malayari masyarakat tiga kabupaten di Kepri itu (Bintan, Anambas, dan Natuna) menjadi satu kali dalam 1 minggu, sayangnya saat ini subsidi itu sudah dihentikan. Padahal masyarakat sangat membutuhkannya terutama dimusim Utara seperti sekarang ini.

Mudah-mudahan kedepan para pemangku kebijakan publik dinegeri ini dapat lebih memikirkan transportasi alternatif di daerah perbatasan seperti di Anambas ini. Semoga....
Baca Selengkapnya...