31 Desember 2009

102,2 BERLIAN FM

Sudah hampir tiga pekan ini, bersama beberapa orang rekan yang sama-sama baru lulus kuliah, kami kembali mengoperasikan sebuah radio komunitas. Kami menyebutnya Berlian FM, Radio Komunitas Masyarakat Anambas. Meski minim pengalaman, dan perangkat teknis yang serba terbatas, antusiasme publik ternyata cukup baik. Segmen terbesar sudah bisa ditebak pastinya kalangan remaja.

Misi kami menghidupkan kembali radio ini sederhana saja, selain untuk mengisi kekosongan waktu juga karena tanggung jawab sosial untuk ikut berkontribusi dalam pembangunan kabupaten Kepulauan Anambas yang baru seumur jagung itu. Sebab esensinya pembangunan tak hanya meliputi aspek pembangunan fisik tetapi juga pembangunan masyarakat, dan kita semua terutama para sarjana punya tanggung jawab untuk itu.

Nama "Berlian" kami ambil dari slogan kota Tarempa, pusat pemerintahan kabupaten Kepulauan Anambas. Berlian berarti Bersih Luwes Indah Agamis dan Nyaman. Bisa juga diartikan Bersama Lima Anak Anambas, karena kebetulan crew intinya berjumlah lima orang.

Sementara itu meski baru berdiri dan masih dalam tahap uji coba, radio kami sudah punya serangkaian program unggulan. Diantaranya adalah Nada Berlian, Lets Request Indonesia, Oldest but Goldest, dan Planet of Us. Kami tak ingin radio ini hanya menjadi sarana yang meng-entertaint publik, tapi juga kiranya dapat mengedukasi masyarakat serta ikut melestarikan khasanah budaya. Oleh karenanya program seperti Sempadan Siantan (Siaran khusus berbahasa Melayu), Warta Online, Nice English, Otista (Obrolan Infromatif Tapi Santai) dan juga spirit of Islam ikut kami ketengahkan sebagai bagian dari rangkaian acara yang disuguhkan kepada pendengar.

Tak mudah memang menjalankan radio ini, karena misinya adalah misi sosial yang non profit oriented jadi semua pekerja juga harus rela bekerja tanpa dibayar, termasuk para announcer dan tamu yang diundang. Namun untuk menopang sebagian dana operasional kami mengandalkan penjualan request card yang dijual, Rp. 1000,-/ card. Sebagian yang lainnya tentunya dari kantong pribadi. Sedang pesawat pemancar dan sejumlah peralatan pendukung didapat dari sponsor, Ruby Production, dan studionya dari Rumah Makan Siantanur. Syahdan, walau hampir semua barang yang ada distudio adalah barang bekas tapi cukup lumayan lah, setidak-tidaknya cukup memadai untuk dijadikan sebagai salah satu tempat tongkrongan alternatif.
Baca Selengkapnya...